Toxic positivity adalah kecenderungan untuk menolak atau mengabaikan emosi negatif dengan cara yang tidak sehat. Ini adalah pola pikir yang berlebihan, di mana seseorang dipaksa untuk "selalu positif" tanpa mengakui atau menerima emosi-emosi sulit seperti sedih, marah, atau kecewa.
Ketika seseorang mengalami situasi sulit, orang-orang mungkin akan mengatakan, "Jangan sedih, lihat sisi baiknya!" atau "Semuanya akan baik-baik saja, jangan khawatir." Meskipun niatnya baik, pendekatan ini bisa membuat orang merasa bersalah atas perasaan mereka sendiri.
Membangun Jaringan Sosial yang Sehat dan Mendukung
Emosi negatif adalah bagian alami dari kehidupan manusia. Ketika kita menolak atau mengabaikan emosi tersebut, kita bisa menghambat proses penyembuhan. Misalnya, seseorang yang baru saja kehilangan pekerjaan mungkin merasa sedih atau kecewa. Jika mereka dipaksa untuk "tetap positif" tanpa diberi waktu untuk memproses emosi tersebut, mereka mungkin akan merasa bersalah atau tidak berdaya.
2. Menyembunyikan Masalah yang NyataToxic positivity seringkali digunakan untuk menghindari diskusi tentang masalah nyata. Misalnya, ketika seseorang mengeluh tentang pekerjaan yang menekan, orang lain mungkin akan menjawab, " Bersyukurlah kamu masih punya pekerjaan!" tanpa memahami tekanan yang sesungguhnya. Ini bisa membuat orang merasa tidak didengar dan tidak dipahami.
3. Meningkatkan Risiko BurnoutKetika seseorang terus-menerus dipaksa untuk "tetap positif" tanpa diizinkan merasa lelah atau frustasi, mereka bisa mengalami kelelahan emosional atau burnout. Ini karena mereka merasa tidak ada ruang untuk mengungkapkan perasaan mereka yang sebenarnya.
Bagaimana Mengenali Toxic Positivity?Mengenali toxic positivity bisa cukup sulit, karena seringkali disampaikan dengan niat baik. Namun, ada beberapa tanda-tanda yang bisa kamu waspadai:
Emosi negatif adalah bagian alami dari kehidupan. Daripada mencoba menghindarinya, cobalah untuk menerima dan memahami penyebabnya. Misalnya, jika kamu merasa sedih karena gagal dalam suatu proyek, jangan langsung mengatakan pada dirimu sendiri, "Jangan sedih, itu bukan akhir dunia!" Tetapi, cobalah untuk memahami mengapa kamu merasa sedih dan apa yang bisa kamu lakukan untuk memperbaiki situasinya.
2. Berikan Diri Kamu untuk MerasaIzinkan dirimu untuk merasa tanpa rasa bersalah. Jika kamu merasa marah atau kecewa, jangan langsung mencoba untuk "mengganti" perasaan tersebut dengan pikiran positif. Sebaliknya, cobalah untuk menerima perasaan tersebut dan cari tahu penyebabnya.
3. Cari Dukungan yang SehatCarilah orang-orang yang bisa mendukungmu dengan cara yang sehat. Mereka harus bisa mendengarkan perasaanmu tanpa menghakimimu atau memaksaumu untuk "tetap positif". Jika perlu, jangan ragu untuk mencari bantuan dari profesional, seperti psikolog atau konselor.
4. Praktekan Self-CompassionSelf-compassion adalah kemampuan untuk memperlakukan diri sendiri dengan baik, bahkan ketika kamu merasa gagal atau tidak berdaya. Cobalah untuk berbicara kepada dirimu sendiri dengan cara yang sama seperti kamu berbicara kepada teman yang mengalami kesulitan.
Kita Bisa “Kecanduan” Notifikasi Medsos, Dan Itu Bukan Cuma PerasaanToxic positivity adalah fenomena yang seringkali tidak kita sadari, namun bisa memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan mental kita. Dengan memahami sifat-sifatnya dan mengambil langkah-langkah untuk mengatasi, kita bisa menciptakan lingkungan yang lebih mendukung dan sehat untuk diri sendiri dan orang-orang yang kita cintai.****