Makna Cap Go Meh dan Perayaan Meriah di Pulau Kemaro Palembang
Wulan _ 5 hari yang lalu
Lingkaran.id - Perayaan Cap Go Meh, yang jatuh pada hari ke-15 setelah Tahun Baru Imlek, merupakan momen penting bagi masyarakat Tionghoa di berbagai penjuru dunia. Di Indonesia, khususnya di Pulau Kemaro, Palembang, perayaan ini menjadi salah satu agenda tahunan yang paling dinanti. Tak sekadar penutup rangkaian perayaan Imlek, Cap Go Meh juga sarat makna spiritual, budaya, dan ekonomi bagi masyarakat sekitar.Istilah Cap Go Meh berasal dari dialek Hokkien dan Tiociu, yang secara harfiah berarti "malam kelima belas". Hari ini menandai berakhirnya perayaan Tahun Baru Imlek sekaligus menjadi simbol syukur atas berkah yang telah diterima serta harapan agar tahun mendatang membawa lebih banyak keberuntungan, kesejahteraan, dan keselamatan.Kerajaan Sriwijaya, Peradaban Maritim Yang Menguasai Selat MalakaDalam tradisi Tionghoa, Cap Go Meh juga dikenal sebagai Festival Lentera, di mana masyarakat merayakan dengan menyalakan lampion, berkumpul bersama keluarga, serta menikmati berbagai hidangan khas seperti lontong Cap Go Meh, tang yuan (bola tepung beras), nian gao (kue keranjang), dan yuanxiao (ronde). Selain itu, kata-kata positif seperti "Thiam Hok Thiam Siu", yang berarti "bertambah kaya, sejahtera, makmur, dan bahagia", sering diucapkan sebagai doa dan harapan.Di Palembang, Sumatera Selatan, Cap Go Meh dirayakan secara khusus di Pulau Kemaro, yang dikenal sebagai salah satu pusat peribadatan dan wisata religi masyarakat Tionghoa. Tahun ini, perayaan Cap Go Meh dijadwalkan pada Rabu, 12 Februari 2025, tetapi di Pulau Kemaro acara telah digelar lebih awal, mulai 10 Februari 2025.Hal ini disebabkan oleh pasang surut Sungai Musi. Pada tanggal 12 Februari, air Sungai Musi diperkirakan surut, sehingga kapal-kapal yang membawa umat dan wisatawan dari Palembang dan daerah lainnya akan kesulitan bersandar di Pulau Kemaro. Oleh karena itu, perayaan dimajukan agar para pengunjung dapat dengan nyaman mengikuti rangkaian acara.Salah satu persiapan utama yang dilakukan panitia adalah menata dermaga dan membangun jembatan terapung yang menghubungkan Pulau Kemaro dengan kawasan PT Pusri. Dengan adanya jembatan ini, pengunjung dapat menyeberang dengan lebih mudah, selain menggunakan transportasi air yang juga disediakan. Untuk memudahkan masyarakat yang ingin menghadiri perayaan Cap Go Meh di Pulau Kemaro, tersedia dua opsi transportasi utama:Jembatan Apung – Pengunjung dapat menyeberang dengan berjalan kaki dari area PT Pusri menuju Pulau Kemaro.Kapal Tongkang Gratis – Panitia menyediakan kapal tongkang gratis yang beroperasi dari Pasar 16 Ilir pada 10 Februari pukul 18.00 WIB dan 11 Februari pukul 16.00 WIB.Cap Go Meh di Pulau Kemaro tidak hanya menjadi acara keagamaan, tetapi juga menjadi daya tarik wisata dengan berbagai pertunjukan budaya dan atraksi khas. Beberapa kegiatan yang selalu dinanti dalam perayaan ini antara lain:Atraksi Barongsai – Tarian singa yang dipercaya dapat mengusir roh jahat dan membawa keberuntungan.Festival Lentera – Ribuan lampion merah dan emas menerangi Pulau Kemaro, melambangkan harapan dan keberkahan.Doa Bersama di Klenteng Hok Tjing Rio – Umat beribadah dan memanjatkan doa di klenteng bersejarah ini.Wisata Pagoda 9 Lantai – Pengunjung dapat menikmati panorama indah Pulau Kemaro dari ketinggian.Kunjungan ke Makam Putri Sriwijaya, Siti Fatimah – Situs sejarah yang menjadi bagian dari legenda cinta antara pangeran Tiongkok dan putri Sriwijaya.Warisan Kerajaan Sriwijaya, Pusat Pembelajaran Buddha Yang MenduniaSelain menjadi ajang perayaan budaya dan spiritual, Cap Go Meh di Pulau Kemaro juga membawa dampak positif bagi perekonomian lokal, khususnya bagi pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).Panitia telah menyediakan 80 lapak khusus untuk pedagang, yang terdiri dari 40 lapak permanen dan 40 lapak non-permanen. Dengan adanya lapak ini, pengunjung dapat dengan nyaman menikmati kuliner khas dan membeli oleh-oleh tanpa harus terganggu oleh pedagang asongan yang berjualan keliling. Panitia secara tegas melarang pedagang asongan untuk berjualan di area perayaan demi menjaga ketertiban dan kenyamanan pengunjung.***
Read More Kerajaan Sriwijaya, Peradaban Maritim Yang Menguasai Selat Malaka
Sulistiyo. A Darmawan 1 minggu yang lalu
Lingkaran.id -Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan maritim terbesar di Nusantara yang mencapai puncak kejayaan pada abad ke-7 hingga ke-13 Masehi. Dengan lokasi strategis di sekitar Sungai Musi, Palembang, Sriwijaya berhasil mengendalikan jalur perdagangan utama di Selat Malaka, menjadikannya pusat ekonomi dan politik di Asia Tenggara. Sriwijaya didirikan oleh Dapunta Hyang Sri Jayanasa sekitar tahun 682 Masehi. Melalui ekspedisi militernya yang tercatat dalam Prasasti Kedukan Bukit, Sri Jayanasa memperluas wilayah kekuasaan Sriwijaya hingga mencakup sebagian besar Sumatera, Semenanjung Malaya, dan pesisir barat Jawa. Keberhasilan ini menjadikan Sriwijaya sebagai kerajaan maritim yang memiliki kendali atas rute perdagangan utama.Dokumen Penting Terancam? Kebakaran Di Gedung ATR/BPN Jadi Sorotan PublikSebagai pusat perdagangan, Sriwijaya memainkan peran penting dalam jalur perdagangan rempah-rempah dan barang-barang berharga lainnya. Para pedagang dari India, Tiongkok, dan Arab singgah di Sriwijaya untuk berdagang dan mengisi perbekalan sebelum melanjutkan perjalanan mereka. Komoditas utama yang diperdagangkan meliputi emas, kapur barus, cendana, serta rempah-rempah seperti cengkeh dan pala.Sriwijaya juga dikenal sebagai kerajaan yang menerapkan sistem perdagangan yang efisien dengan memberlakukan pajak dan pengawasan ketat terhadap kapal-kapal yang melintasi Selat Malaka. Hal ini memberikan pemasukan besar bagi kerajaan dan memperkuat pengaruhnya di kawasan Asia Tenggara.Keberhasilan Sriwijaya dalam mempertahankan posisinya sebagai pusat perdagangan tidak lepas dari kekuatan militernya yang tangguh. Armada laut Sriwijaya mampu menjaga keamanan perairan dari ancaman bajak laut serta menaklukkan wilayah-wilayah strategis. Selain itu, kerajaan ini juga menjalin hubungan diplomatik dengan dinasti-dinasti besar seperti Dinasti Tang di Tiongkok dan Kerajaan Chola di India.Hubungan erat dengan Tiongkok dibuktikan dengan adanya catatan perjalanan biksu I-Tsing, yang mencatat bahwa Sriwijaya menjadi tempat singgah utama bagi para pelajar agama Buddha sebelum mereka melanjutkan studi ke India. Keberadaan hubungan diplomatik ini juga membantu Sriwijaya dalam mempertahankan stabilitas ekonomi dan politiknya.Kejaksaan Agung RI menetapkan IR pada kasus PT.Asuransi Jiwasraya, Negara rugi 16 triliunMeskipun berjaya selama beberapa abad, Sriwijaya mulai mengalami kemunduran pada abad ke-11 akibat serangan dari Kerajaan Chola pada tahun 1025 Masehi. Serangan ini menghancurkan pusat pemerintahan Sriwijaya dan melemahkan kendali kerajaan atas jalur perdagangan. Selain itu, munculnya kerajaan-kerajaan maritim baru seperti Majapahit dan Kediri turut menggeser dominasi Sriwijaya di Nusantara.Pada akhirnya, kejayaan Sriwijaya perlahan memudar, dan pada abad ke-13, kerajaan ini benar-benar kehilangan pengaruhnya. Meskipun demikian, warisan Sriwijaya sebagai pusat perdagangan dan peradaban maritim tetap dikenang dalam sejarah Nusantara.****
Read More Warisan Kerajaan Sriwijaya, Pusat Pembelajaran Buddha Yang Mendunia
Sulistiyo. A Darmawan 1 minggu yang lalu
Lingkaran.id -Kerajaan Sriwijaya tidak hanya dikenal sebagai pusat perdagangan maritim, tetapi juga sebagai pusat pembelajaran agama Buddha yang berpengaruh di Asia Tenggara. Pada puncak kejayaannya, Sriwijaya menjadi tujuan utama bagi para biksu dan pelajar yang ingin mendalami ajaran Buddha sebelum melanjutkan perjalanan ke India. Keberadaannya sebagai pusat studi agama menjadikannya memiliki peran besar dalam penyebaran agama dan budaya di kawasan tersebut. Salah satu bukti utama Sriwijaya sebagai pusat pembelajaran Buddha adalah catatan perjalanan biksu asal Tiongkok, I-Tsing. Dalam perjalanannya pada abad ke-7 Masehi, I-Tsing menyebut bahwa Sriwijaya memiliki lembaga pendidikan agama yang berkembang pesat dan banyak pelajar datang ke kerajaan ini untuk mendalami ajaran Buddha sebelum melanjutkan studi ke Nalanda, India.Para biksu di Sriwijaya mengembangkan berbagai ajaran dan teks suci, serta menyebarkan pengaruh agama Buddha ke wilayah lain seperti Jawa, Semenanjung Malaya, dan bahkan ke Kamboja. Keberadaan biara-biara besar serta komunitas keagamaan yang aktif semakin memperkuat posisi Sriwijaya sebagai pusat intelektual Buddhis.Sriwijaya menjalin hubungan erat dengan berbagai kerajaan dan dinasti besar di Asia, termasuk Dinasti Tang di Tiongkok dan Kerajaan Pala di India. Hubungan diplomatik ini tidak hanya memperkuat posisi Sriwijaya dalam perdagangan, tetapi juga memungkinkan pertukaran keilmuan dan budaya antara kerajaan-kerajaan Buddhis.Ritual Sembahyang Sin Cia, Tradisi Sambut Tahun Baru ImlekDukungan dari kerajaan-kerajaan ini menjadikan Sriwijaya sebagai tempat yang aman bagi para cendekiawan dan penganut agama Buddha. Para pelajar dari Sriwijaya sering dikirim ke Nalanda, salah satu pusat pendidikan terbesar di India, untuk memperdalam ilmu agama, dan sebaliknya, biksu dari India juga mengunjungi Sriwijaya untuk menyebarkan ajaran Buddha Mahayana dan Vajrayana.Meskipun kerajaan ini akhirnya mengalami kemunduran pada abad ke-13, pengaruh Sriwijaya dalam penyebaran agama Buddha masih dapat dilihat hingga saat ini. Beberapa peninggalan yang menunjukkan jejak Sriwijaya sebagai pusat pembelajaran agama Buddha antara lain:Prasasti Nalanda yang menyebut nama Raja Balaputradewa sebagai salah satu pendukung utama Universitas Nalanda di India.Prasasti Kota Kapur dan Prasasti Telaga Batu yang menunjukkan peran Sriwijaya dalam penyebaran agama dan kekuatan politiknya.Candi-candi di Sumatera yang memiliki pengaruh arsitektur Buddhis yang khas.Jejak Kejayaan Sriwijaya: Pusat Maritim dan Keilmuan di Asia TenggaraWarisan Sriwijaya sebagai pusat pembelajaran agama Buddha masih terasa dalam perkembangan budaya dan agama di Indonesia serta Asia Tenggara. Sriwijaya memainkan peran penting dalam menyebarkan ajaran Buddha ke berbagai wilayah, termasuk Jawa dan Bali, yang kemudian berkembang menjadi pusat kebudayaan Hindu-Buddha di masa kerajaan-kerajaan berikutnya.Hingga kini, penelitian mengenai Sriwijaya terus berkembang, dan berbagai peninggalan sejarahnya menjadi bukti kejayaan peradaban maritim dan keagamaan di Nusantara. Sriwijaya bukan hanya kerajaan besar dalam bidang perdagangan, tetapi juga pusat intelektual yang meninggalkan warisan spiritual mendalam bagi peradaban Asia Tenggara.***
Read More Jejak Kejayaan Sriwijaya: Pusat Maritim dan Keilmuan di Asia Tenggara
Wulan _ 1 minggu yang lalu
Lingkaran.id - Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan maritim terbesar dalam sejarah Nusantara yang mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-7 hingga ke-13 Masehi. Berpusat di wilayah yang kini dikenal sebagai Palembang, Sumatera Selatan, Sriwijaya berhasil menguasai jalur perdagangan internasional dan menjadi pusat pembelajaran agama Buddha yang berpengaruh di Asia Tenggara.Sriwijaya dikenal sebagai kekuatan maritim yang mengendalikan Selat Malaka, jalur utama perdagangan antara India dan Tiongkok. Dengan letak strategisnya, kerajaan ini mampu menguasai arus perdagangan rempah-rempah, emas, dan komoditas berharga lainnya. Kapal-kapal dagang dari berbagai penjuru dunia, termasuk India, Arab, dan Tiongkok, singgah di pelabuhan Sriwijaya untuk berdagang.Kenalan Yuk Dengan Kerajaan Sriwijaya, Pusat Peradaban Maritim Asia Tenggara!Sebagai kerajaan maritim, Sriwijaya memiliki armada laut yang kuat untuk menjaga stabilitas wilayahnya. Catatan sejarah dari Tiongkok, seperti yang ditulis oleh I-Tsing, menyebutkan bahwa Sriwijaya memiliki armada yang mampu mengawasi perairan dan menjamin keamanan jalur perdagangan. Hal ini menjadikan Sriwijaya sebagai pusat perdagangan yang makmur dan disegani.Selain sebagai pusat perdagangan, Sriwijaya juga dikenal sebagai pusat keilmuan Buddha di Asia Tenggara. Banyak biksu dari berbagai negara datang ke Sriwijaya untuk belajar sebelum melanjutkan perjalanan ke India. Seorang biksu terkenal dari Tiongkok, I-Tsing, mencatat bahwa ia tinggal di Sriwijaya selama beberapa tahun untuk mendalami ajaran Buddha dan belajar bahasa Sanskerta sebelum melanjutkan studinya ke Nalanda, India.Sriwijaya juga memiliki hubungan erat dengan kerajaan-kerajaan di India, terutama Nalanda, yang menjadi pusat pendidikan Buddha. Hal ini menunjukkan bahwa Sriwijaya tidak hanya kuat dalam bidang ekonomi dan militer tetapi juga memainkan peran penting dalam penyebaran dan pengembangan ajaran Buddha di Asia.Kejayaan Sriwijaya masih dapat ditemukan dalam berbagai peninggalan sejarah yang tersebar di Sumatera Selatan. Beberapa prasasti penting yang menjadi bukti kebesaran Sriwijaya antara lain:Prasasti Kedukan Bukit (683 M) – Menyebutkan ekspedisi militer yang membawa kemenangan bagi Sriwijaya.Prasasti Talang Tuo (684 M) – Berisi doa dan harapan raja Sriwijaya untuk kesejahteraan rakyatnya.Prasasti Kota Kapur (686 M) – Menunjukkan ekspansi kekuasaan Sriwijaya hingga ke Bangka dan sekitarnya.Selain prasasti, situs arkeologi seperti Situs Karanganyar di Palembang, yang diyakini sebagai bekas pusat pemerintahan Sriwijaya, menjadi bukti nyata kejayaan kerajaan ini.Mengenal Lebih Dekat Pendiri Raja-Raja Kerajaan SriwijayaMeskipun sempat berjaya selama berabad-abad, Sriwijaya mulai mengalami kemunduran akibat serangan dari Kerajaan Chola di India pada abad ke-11. Selain itu, persaingan dengan kerajaan-kerajaan di Jawa seperti Medang dan Singasari turut melemahkan Sriwijaya. Pergeseran jalur perdagangan dan lemahnya pertahanan membuat Sriwijaya kehilangan pengaruhnya hingga akhirnya runtuh pada abad ke-13.Meskipun telah lama runtuh, jejak kejayaan Sriwijaya tetap hidup dalam sejarah Nusantara. Sebagai kerajaan maritim terbesar pada masanya, Sriwijaya meninggalkan warisan budaya, ekonomi, dan keilmuan yang masih dipelajari hingga saat ini.***
Read More Ritual Sembahyang Sin Cia, Tradisi Sambut Tahun Baru Imlek
Wulan _ 2 minggu yang lalu
Lingkaran.id - Menjelang perayaan Tahun Baru Imlek, komunitas Tionghoa melaksanakan ritual sembahyang Sin Cia, sebuah tradisi yang sarat makna spiritual dan budaya. Ritual ini menjadi momen penting bagi umat Tionghoa untuk menunjukkan rasa hormat kepada leluhur, memuja para dewa, serta menyampaikan doa syukur atas berkah yang telah diterima sepanjang tahun.Sembahyang Sin Cia tidak hanya berfokus pada penghormatan kepada leluhur, tetapi juga menjadi sarana untuk memanjatkan harapan dan doa akan keberuntungan, kesehatan, serta kemakmuran di tahun yang baru. Prosesi ini umumnya dilakukan di rumah-rumah keluarga atau tempat ibadah seperti kelenteng, di mana persembahan berupa makanan, buah-buahan, dan lilin merah disiapkan dengan penuh kesungguhan.Perkembangan Politik Kerajaan Sriwijaya: Dari Pusat Kekuasaan Maritim hingga Hubungan Diplomatik yang KuatBagi komunitas Tionghoa, sembahyang ini adalah wujud rasa syukur sekaligus refleksi atas perjalanan hidup. Selain itu, momen ini juga memperkuat hubungan kekeluargaan karena sering kali dilaksanakan bersama anggota keluarga besar.Dalam suasana penuh khidmat, doa-doa dipanjatkan, lilin dinyalakan, dan dupa dibakar sebagai simbol penghormatan kepada para leluhur serta harapan untuk mendapatkan berkah di masa depan. Ritual ini menjadi pengingat penting akan tradisi yang terus dilestarikan sebagai bagian dari warisan budaya Tionghoa yang kaya.Kenalan Yuk Dengan Kerajaan Sriwijaya, Pusat Peradaban Maritim Asia Tenggara!Dengan semangat kebersamaan dan penuh rasa syukur, ritual Sin Cia menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Imlek, menghubungkan generasi masa kini dengan nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh nenek moyang.***
Read More Mengenal Lebih Dekat Pendiri Raja-Raja Kerajaan Sriwijaya
Wulan _ 3 minggu yang lalu
Lingkaran.id - Kerajaan Sriwijaya adalah salah satu kerajaan maritim yang terletak di wilayah Sumatra, Indonesia. Berdiri pada abad ke-7, Sriwijaya menjadi pusat peradaban dan perdagangan yang penting di Asia Tenggara. Di balik kejayaannya, terdapat serangkaian raja yang memiliki latar belakang yang beragam dan memimpin kerajaan ini pada masa-masa yang berbeda. Berikut adalah beberapa raja pertama yang berperan penting dalam pendirian dan perkembangan Kerajaan Sriwijaya.Dapunta Hyang Sri Jayanasa (683 M) - Pendiri Kerajaan SriwijayaDapunta Hyang Sri Jayanasa adalah pendiri pertama Kerajaan Sriwijaya. Ia memulai perjalanan panjang untuk mendirikan kerajaan ini sekitar tahun 683 M. Dapunta Hyang dikenal karena kemampuannya dalam mempersatukan berbagai wilayah di sekitar Selat Malaka dan memperkuat kekuasaan maritim Sriwijaya. Di bawah kepemimpinannya, Sriwijaya mulai dikenal sebagai kekuatan besar di wilayah Asia Tenggara. Beliau juga memanfaatkan jalur perdagangan internasional untuk memperluas wilayah kerajaan dan memperkenalkan Sriwijaya sebagai pusat ekonomi dan kebudayaan, khususnya dalam bidang agama Buddha.Perkembangan Politik Kerajaan Sriwijaya: Dari Pusat Kekuasaan Maritim hingga Hubungan Diplomatik yang KuatIndrawarman (702 M) - Penerus yang Memperkuat WilayahSetelah Dapunta Hyang, kerajaan Sriwijaya diteruskan oleh Raja Indrawarman pada tahun 702 M. Di bawah pemerintahannya, Sriwijaya memperluas wilayah dan semakin mendalamkan pengaruhnya di kawasan Asia Tenggara. Indrawarman tidak hanya melanjutkan kebijakan penguasaannya tetapi juga memperkuat hubungan perdagangan antara Sriwijaya dan negara-negara tetangga seperti India, Tiongkok, serta kerajaan-kerajaan lainnya di Asia Tenggara. Keberhasilan Indrawarman memperluas kekuasaan membuat Sriwijaya semakin dikenal sebagai kerajaan maritim yang kuat.Rudra Wikrama (728-742 M) - Raja yang Menstabilkan SriwijayaRaja Rudra Wikrama naik tahta pada tahun 728 M dan memimpin Sriwijaya hingga 742 M. Selama pemerintahannya, ia bekerja keras untuk menstabilkan kondisi politik dan sosial di Sriwijaya. Dalam periode ini, hubungan dagang dengan India dan Tiongkok semakin diperkuat, serta memperkenalkan Sriwijaya sebagai pusat perdagangan internasional. Rudra Wikrama juga memperkenalkan kebijakan-kebijakan untuk mengembangkan sektor maritim yang menjadi andalan kerajaan.Balaputradewa (856 M) - Raja yang Meningkatkan Kejayaan SriwijayaBalaputradewa merupakan salah satu raja yang paling dikenal dari Kerajaan Sriwijaya, yang memerintah pada sekitar tahun 856 M. Pemerintahan Balaputradewa menandai puncak kejayaan Sriwijaya, baik dalam aspek kekuatan maritim, perdagangan, maupun kebudayaan. Pada masa pemerintahannya, Sriwijaya semakin terkenal di dunia internasional dan bahkan menjadi pusat pembelajaran agama Buddha. Ia juga dikenal atas upayanya memperluas pengaruh Sriwijaya ke berbagai wilayah di Asia Tenggara dan India. Balaputradewa memainkan peran penting dalam memperkenalkan Sriwijaya sebagai kerajaan yang sangat dihormati di seluruh wilayah maritim.Sri Udayadityawarman (960 M) - Memperkuat Kehidupan Sosial dan EkonomiSri Udayadityawarman adalah salah satu raja Sriwijaya yang memerintah pada tahun 960 M. Di bawah pemerintahannya, Sriwijaya semakin memperkuat posisi sosial dan ekonomi, dengan memperluas jalur perdagangan ke India dan Cina. Sri Udayadityawarman juga berusaha meningkatkan sistem pemerintahan yang terorganisir, yang mendukung stabilitas kerajaan dan kelancaran perdagangan. Beliau menjadi salah satu raja yang berhasil mengadaptasi perubahan zaman dan mempertahankan Sriwijaya sebagai pusat peradaban maritim.Kenalan Yuk Dengan Kerajaan Sriwijaya, Pusat Peradaban Maritim Asia Tenggara!Sri Maharaja (1156 M) - Raja pada Masa KemunduranSri Maharaja, yang memerintah pada tahun 1156 M, menjadi salah satu raja Sriwijaya pada masa-masa terakhir kejayaannya. Meskipun Sri Maharaja berusaha menjaga stabilitas kerajaan, Sriwijaya mulai menunjukkan tanda-tanda kemunduran akibat serangan dari kerajaan lain dan pergeseran kekuasaan di Asia Tenggara. Namun demikian, Sri Maharaja tetap berupaya mempertahankan tradisi maritim dan memperbaiki hubungan internasional dengan negara-negara tetangga.Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa (1178 M) - Raja Terakhir SriwijayaTrailokyaraja Maulibhusana Warmadewa adalah raja terakhir yang memerintah Kerajaan Sriwijaya pada tahun 1178 M. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran besar akibat serangan dari kerajaan-kerajaan tetangga dan faktor internal yang melemahkan kekuasaan kerajaan. Meskipun begitu, pemerintahan Trailokyaraja mencoba menjaga keberlanjutan kekuasaan Sriwijaya yang semakin menurun, dan ini menandai berakhirnya era kejayaan Sriwijaya sebagai kekuatan besar di Asia Tenggara.Kerajaan Sriwijaya adalah salah satu kerajaan besar di Asia Tenggara yang dibangun oleh serangkaian raja yang memiliki visi untuk memperluas pengaruh, memperkuat sistem pemerintahan, serta menjalin hubungan internasional melalui perdagangan dan kebudayaan. Meskipun akhirnya mengalami kemunduran, Sriwijaya tetap meninggalkan warisan yang luar biasa sebagai kerajaan maritim yang berperan penting dalam sejarah peradaban di Asia Tenggara. Para raja Sriwijaya, mulai dari Dapunta Hyang hingga Trailokyaraja, menunjukkan keberanian dan kebijakan yang kuat untuk menjaga kejayaan kerajaan ini selama berabad-abad.
Read More Perkembangan Politik Kerajaan Sriwijaya: Dari Pusat Kekuasaan Maritim hingga Hubungan Diplomatik yang Kuat
Wulan _ 3 minggu yang lalu
Lingkaran.id - Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan maritim terbesar di Asia Tenggara yang mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-7 hingga ke-11 Masehi. Keberhasilan Sriwijaya tidak hanya ditopang oleh letak strategisnya di jalur perdagangan dunia, tetapi juga oleh perkembangan politik yang solid. Tiga aspek penting yang mencerminkan kekuatan politik Kerajaan Sriwijaya meliputi sistem pemerintahan, ekspansi wilayah, dan hubungan diplomatik.Sriwijaya menerapkan sistem pemerintahan monarki dengan raja sebagai pusat kekuasaan tertinggi. Raja memegang peran sentral dalam mengatur urusan politik, ekonomi, dan agama. Gelar raja Sriwijaya sering kali dihubungkan dengan istilah "Dapunta Hyang," sebagaimana disebutkan dalam beberapa prasasti seperti Prasasti Kedukan Bukit.Kenalan Yuk Dengan Kerajaan Sriwijaya, Pusat Peradaban Maritim Asia Tenggara!Raja bertindak sebagai pemimpin spiritual dan politik yang dihormati, dengan kekuasaannya didukung oleh birokrasi kerajaan yang terstruktur. Para pejabat kerajaan bertugas mengawasi pelaksanaan kebijakan di berbagai wilayah kekuasaan. Salah satu kebijakan penting raja adalah memastikan kelancaran perdagangan dan menjaga keamanan di jalur maritim yang menjadi sumber utama perekonomian Sriwijaya.Sebagai kerajaan maritim, Sriwijaya sangat bergantung pada penguasaan jalur perdagangan utama di Asia Tenggara. Ekspansi wilayah dilakukan untuk mengendalikan kawasan strategis seperti Selat Malaka, Selat Sunda, Semenanjung Malaya, hingga wilayah Thailand Selatan.Ekspansi ini tidak hanya bertujuan untuk memperluas kekuasaan, tetapi juga untuk memastikan keamanan jalur pelayaran dari ancaman kejahatan di laut dan mengamankan hubungan dagang dengan pedagang asing. Sriwijaya dikenal sebagai pelabuhan transit utama yang menghubungkan pedagang dari India, Tiongkok, dan Timur Tengah.Penguasaan terhadap jalur maritim menjadikan Sriwijaya sebagai pemain utama dalam perdagangan rempah-rempah, sutra, dan komoditas lainnya. Wilayah-wilayah seperti Jambi, Riau, dan Kalimantan juga menunjukkan jejak pengaruh Sriwijaya, memperkuat statusnya sebagai kekuatan regional yang dominan.Hubungan diplomatik yang kuat menjadi salah satu pilar keberhasilan politik Sriwijaya. Sebagai kerajaan yang berbasis maritim, Sriwijaya menjalin hubungan erat dengan Kekaisaran Tiongkok, salah satu kekuatan besar di Asia pada masa itu.Mengenal Sejarah Songket Palembang, Kain Tradisional Yang MenduniaCatatan Tiongkok menunjukkan bahwa Sriwijaya mengirimkan utusan ke istana kekaisaran untuk mempererat hubungan dagang dan politik. Sriwijaya juga dikenal memberikan upeti kepada Tiongkok sebagai tanda persahabatan, yang direspons dengan perlindungan dari kekaisaran tersebut. Hal ini memberikan keuntungan besar bagi Sriwijaya dalam memperluas jaringan perdagangan internasional.Selain dengan Tiongkok, Sriwijaya juga menjalin aliansi dengan kerajaan-kerajaan lain di Nusantara. Hubungan ini sering kali ditandai dengan pernikahan politik, pertukaran budaya, dan kerja sama dagang. Pengaruh Sriwijaya bahkan terasa hingga ke Jawa dan Bali, menunjukkan luasnya jaringan diplomasi yang dimiliki kerajaan ini.***
Read More Mengenal Sejarah Songket Palembang, Kain Tradisional Yang Mendunia
Sulistiyo. A Darmawan 3 minggu yang lalu
Lingkaran.id -Palembang, kota dengan sejarah panjang yang pernah menjadi pusat kejayaan Kerajaan Sriwijaya, memiliki warisan budaya yang tak ternilai, salah satunya adalah kain songket. Sebagai salah satu kain tradisional yang dikenal hingga mancanegara, songket Palembang tidak hanya memancarkan keindahan visual tetapi juga menyimpan filosofi mendalam yang mencerminkan kearifan lokal.Asal-usul Songket PalembangSongket Palembang dipercaya telah ada sejak masa Kerajaan Sriwijaya (abad ke-7 hingga ke-13). Pada masa itu, Palembang menjadi pusat perdagangan dan budaya di Asia Tenggara. Pengaruh dari India, Tiongkok, dan Arab membawa teknik tenun dan bahan-bahan seperti benang emas yang kemudian diadopsi oleh masyarakat lokal untuk menciptakan kain songket.Kata “songket” berasal dari bahasa Melayu, yaitu “sungkit,” yang berarti menyulam atau mencungkil benang untuk menghasilkan motif tertentu. Teknik ini membutuhkan keahlian tinggi, sehingga kain songket kerap dianggap sebagai simbol kemewahan dan status sosial.Proses Pembuatan yang RumitKeindahan songket Palembang tidak terlepas dari proses pembuatannya yang rumit dan memakan waktu. Kain ini ditenun secara manual menggunakan alat tenun tradisional. Benang emas atau perak disisipkan dengan hati-hati untuk menciptakan motif-motif khas seperti bunga tanjung, kembang pacar, dan pucuk rebung.Selembar kain songket berkualitas tinggi bisa memakan waktu hingga beberapa bulan untuk selesai, tergantung pada kompleksitas motifnya. Oleh karena itu, kain ini sering digunakan dalam upacara adat, pernikahan, dan acara resmi lainnya sebagai lambang keanggunan dan penghormatan.Siswa SMP Keluhkan Belum Terima Makan Bergizi Gratis, Sindir Presiden PrabowoFilosofi di Balik MotifSetiap motif pada songket Palembang memiliki makna tersendiri. Misalnya, motif “pucuk rebung” melambangkan harapan dan pertumbuhan, sementara “bunga tanjung” merepresentasikan keindahan dan keabadian. Warna-warna cerah seperti merah, emas, dan hijau yang dominan pada kain ini mencerminkan semangat dan kemakmuran.Pengakuan DuniaSongket Palembang telah mendapatkan perhatian internasional sebagai salah satu warisan budaya Indonesia yang harus dilestarikan. Pemerintah Indonesia bersama UNESCO berupaya menjadikan songket sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia. Selain itu, kain ini sering ditampilkan dalam berbagai acara fesyen internasional, memperkenalkan keindahan budaya Palembang ke panggung global.Anak Nikita Mirzani, Resmi Diserahkan ke Keluarga Usai Jalani PemeriksaanPelestarian dan TantanganDi tengah modernisasi, pelestarian songket menjadi tantangan tersendiri. Generasi muda perlu didorong untuk belajar dan mengapresiasi seni tenun tradisional ini. Beberapa komunitas dan pengrajin di Palembang aktif mengadakan pelatihan untuk memastikan warisan ini tetap hidup.Songket Palembang bukan sekadar kain, tetapi cerminan dari kekayaan budaya dan sejarah yang membanggakan. Sebagai masyarakat lokal maupun internasional, kita memiliki tanggung jawab bersama untuk menjaga dan melestarikan warisan ini, sehingga keindahan songket Palembang dapat terus dikenang oleh generasi mendatang."Songket adalah jembatan antara masa lalu dan masa kini, yang menghubungkan kita dengan akar budaya yang kaya dan penuh makna."***
Read More Kenalan Yuk Dengan Kerajaan Sriwijaya, Pusat Peradaban Maritim Asia Tenggara!
Sulistiyo. A Darmawan 4 minggu yang lalu
Lingkaran.id - Kerajaan Sriwijaya adalah salah satu kerajaan maritim terbesar dan paling berpengaruh di Asia Tenggara pada masanya. Berdiri sekitar abad ke-7 Masehi, kerajaan ini berbasis di wilayah Palembang, Sumatera Selatan, dan memiliki kekuasaan yang meluas hingga ke Semenanjung Malaya, Thailand Selatan, dan sebagian Kalimantan.Kejayaan Sriwijaya didukung oleh kemampuan militernya yang kuat, angkatan laut yang tangguh, serta kontrolnya atas jalur perdagangan internasional. Bukti keberadaan kerajaan ini tercatat dalam berbagai prasasti seperti Kedukan Bukit, Talang Tuo, dan prasasti dari kerajaan tetangga. Letak Geografis yang Strategis dan Pengaruhnya terhadap Perdagangan Sriwijaya memanfaatkan posisinya yang strategis di sepanjang Selat Malaka, salah satu jalur perdagangan tersibuk di dunia. Selat ini menjadi penghubung utama antara dunia Barat dan Timur, memungkinkan Sriwijaya untuk memonopoli perdagangan maritim. Kerajaan ini mendirikan pelabuhan-pelabuhan besar yang menjadi pusat transit barang dagangan dari India, Tiongkok, dan wilayah Nusantara lainnya. Dengan penguasaan atas Selat Malaka, Sriwijaya memungut bea dari kapal-kapal yang melintas, memperkuat ekonominya, sekaligus menjalin hubungan diplomatik dengan kekaisaran besar seperti Dinasti Tang di Tiongkok dan Kerajaan Chola di India.Deddy Corbuzier Marah Besar Soal Siswa Kritik Menu Makan Gratis, “Sekaya Apa Ente?”Komoditas Utama yang Diperdagangkan dan Jaringan Perdagangannya Komoditas andalan Sriwijaya mencakup emas, kapur barus, rempah-rempah, gading, dan hasil hutan lainnya. Barang-barang ini berasal dari berbagai daerah di Nusantara, seperti Sumatera, Kalimantan, dan Jawa, sebelum diolah dan diperdagangkan. Jaringan perdagangan Sriwijaya meluas hingga ke Persia, Arab, India, dan Tiongkok, menjadikannya pusat ekonomi yang dinamis. Kekuatan ekonomi ini mendukung stabilitas kerajaan dan memperluas pengaruh politiknya di kawasan Asia Tenggara.Pengaruh Budaya Sriwijaya terhadap Masyarakat Nusantara Sebagai pusat pembelajaran agama Buddha, Sriwijaya menarik banyak biksu dan pelajar dari berbagai negara. Tokoh terkenal seperti I-Tsing, seorang biksu dari Tiongkok, pernah tinggal di Sriwijaya untuk mempelajari agama Buddha dan bahasa Sanskerta. Budaya Sriwijaya juga tercermin dalam seni arsitektur, sastra, dan tradisi masyarakat Nusantara. Peninggalan seperti Candi Muara Takus di Riau dan berbagai prasasti menunjukkan pengaruh agama Buddha yang kuat. Selain itu, sistem administrasi yang terorganisir dengan baik di Sriwijaya memberikan warisan penting bagi sistem pemerintahan di Nusantara.Fitur Wajah Mengungkap Status Sosial: Bisa Deteksi Wajah Orang Kaya dan MiskinPenemuan Arkeologis Terbaru dan Maknanya Penelitian arkeologi terus mengungkap bukti kejayaan Sriwijaya. Penemuan terkini di Sungai Musi, Palembang, meliputi artefak emas, perhiasan, dan perunggu yang menunjukkan kemewahan dan kekayaan kerajaan ini. Selain itu, penelitian di situs-situs seperti Bukit Siguntang dan Jambi juga mengungkapkan struktur pemukiman dan aktivitas perdagangan. Penemuan ini membantu memperjelas gambaran kehidupan sosial, ekonomi, dan spiritual masyarakat Sriwijaya, sekaligus mempertegas posisinya sebagai pusat peradaban maritim yang maju.Sriwijaya sebagai Inspirasi Masa Kini Kerajaan Sriwijaya adalah simbol kejayaan Nusantara yang patut dibanggakan. Warisannya tidak hanya memberikan wawasan tentang sejarah masa lalu tetapi juga menjadi inspirasi dalam mempromosikan potensi maritim Indonesia saat ini. Dengan belajar dari kejayaan Sriwijaya, Indonesia dapat memperkuat posisinya sebagai poros maritim dunia, menghubungkan berbagai bangsa melalui perdagangan, budaya, dan kerja sama internasional.***
Read More