Musk yang diundang untuk berbicara setelah Trump secara resmi dilantik, memulai pidatonya dengan gerakan tangan yang memicu perdebatan. Ia terlihat menepukkan tangan ke dada sebelum mengangkatnya ke atas dengan telapak tangan menghadap ke bawah. Gerakan ini segera menuai kritik dan tudingan dari beberapa pihak yang menganggapnya menyerupai penghormatan gaya Nazi.
ASN Pria Di Bandung Jadi Korban KDRT Oleh Istri, Warganet Soroti Ketidakadilan
Sejumlah kelompok dan warganet mengaitkan gestur tersebut dengan simbolisme yang digunakan oleh tentara Nazi kepada Adolf Hitler, memunculkan kecaman di berbagai platform media sosial. Namun, Anti-Defamation League (ADL), sebuah organisasi yang berfokus pada melawan anti-Semitisme dan ujaran kebencian, dengan tegas membantah tudingan ini.
“Gerakan tersebut tidak memiliki hubungan dengan simbol Nazi. Kami melihatnya lebih sebagai ekspresi canggung dari Musk dalam merespons antusiasme massa,” ujar juru bicara ADL dalam pernyataan resmi.
Dalam pidatonya, Musk mengapresiasi kemenangan Trump dengan menyebutnya sebagai “kemenangan yang tidak biasa” dan menggambarkan momen tersebut sebagai “persimpangan jalan peradaban manusia.” Ia juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada para pendukung Trump dengan menambahkan, “Yang satu ini sangat berarti. Terima kasih telah mewujudkannya! Terima kasih!”
Selain itu, Musk mengungkapkan optimisme terhadap masa depan Amerika di bawah kepemimpinan Trump. Ia menegaskan bahwa kemenangan ini akan menjadi langkah besar untuk “membawa kembali kejayaan Amerika.”
Kontroversi Foto Resmi Donald Trump: Ekspresi Mirip Mugshot Jadi Perdebatan Hangat
Meski pernyataan ADL telah meredam sebagian kritik, kontroversi ini menyoroti bagaimana tindakan figur publik dapat dengan cepat disalahartikan, terutama dalam suasana politik yang sensitif. Hingga saat ini, Musk belum memberikan tanggapan langsung terkait insiden ini.
Reaksi masyarakat terhadap insiden tersebut menunjukkan betapa pentingnya sensitivitas simbolik dalam komunikasi publik, khususnya di tengah tensi politik global. Kejadian ini juga menjadi pengingat bahwa tindakan kecil sekalipun dapat membawa konsekuensi besar di era media sosial yang serba cepat.***