Lingkaran.id - Perang Ukraina-Rusia di Eropa makin menggila. Update baru terjadi di mana Ukraina mengirimkan serangan udara terbesarnya ke wilayah Rusia, dalam perang yang hampir terjadi tiga tahun, Selasa malam.
Serangan yang menggunakan rudal jarak jauh Amerika Serikat (AS), ATACMS, dan rudal jelajah Inggris, Storm Shadow. Puluhan drone juga menghantam pabrik-pabrik dan pusat-pusat energi Rusia, yang berada ratusan mil di garis depan perang.Mengutip laman RT, setidaknya 12 rudal barat dan 30 drone menyerbu Rusia kemarin. Kementerian Pertahanan Rusia melaporkan rincian serangan dalam pengarahan hariannya, yang menyatakan bahwa pasukan Ukraina menggunakan enam rudal balistik ATACMS dan enam rudal jelajah Storm Shadow buatan Prancis-Inggris.
Terungkap Pagar Bambu Misterius di Perairan Bekasi, Berikut FaktanyaMengutip AFP, salah satu wilayah yang terkena serangan Ukraina adalah Saratov, di mana dilaporkan pejabat telah meminta sekolah-sekolah tutup. Wilayah Tatarstan yang kaya energi, juga jadi sasaran, di mana pesawat nirawak menyerang tangki penyimpanan gas, menyebabkan api dan asap tebal di kota Kazan.Ukraina juga menyerang wilayah Bryansk. Kota Seltso, tempat pabrik kimia Rusia lebih dari 100 kilometer (km) perbatasan Rusia-Ukraina, dibombardir.
"Selama serangan tersebut, sekitar 42 rumah pribadi rusak dan satu hancur total akibat jatuhnya puing-puing rudal yang ditembak jatuh," kata Gubernur Bryansk Aleksandr Bogomaz, dikutip Rabu (15/1/2025).
"Tidak ada yang terluka selama serangan tersebut," tambahnya.
Fakta Wanita Diduga Disekap karena Tak Mampu Lunasi Utang, Sempat Minum Cairan SabunDilaporkan pula sembilan bandara Rusia di wilayah tengah dan barat menghentikan lalu lintas. Namun tak didetailkan apa saja bandara itu.
Pasukan Ukraina telah berulang kali melancarkan serangan jarak jauh di tanah Rusia dalam beberapa minggu terakhir dengan menggunakan rudal balistik dan jelajah yang dipasok Barat. Pemerintah Presiden Vladimir Putin pun telah berulang kali memperingatkan bahwa serangan tersebut menjadikan blok militer NATO yang dipimpin AS sebagai pihak langsung dalam konflik tersebut, dan menegaskan bahwa Kyiv tidak akan dapat menggunakan sistem canggih seperti itu tanpa keterlibatan spesialis Barat.