Lingkaran.id -Kejahatan yang dilakukan oleh remaja di bawah umur semakin menjadi perhatian publik dan akademisi. Meskipun masih dalam tahap perkembangan, sejumlah remaja terlibat dalam tindakan kriminal yang mencengangkan. Seperti kasus yang beredar baru-baru ini di Kota Palembang Sumatera Selatan empat orang remaja di bawah umur melakukan aksi kriminal terhadap teman perempuannya hingga mengakibatkan korban meninggal dunia.
Sungguh miris rasanya melihat kejadian ini, yang mana ke empat pelaku yang masih di bawah umur melakukan perbuatan yang tidak wajar dengan memperkosa korban hingga melakukan aksi pembunuhan, hal ini tentu sangat penting untuk kita ketahui bersama apa saja hal yang menyebabkan terjadinya perilku-perilaku tersebut hingga ke empat tersangka ini melakukan perbuatan kriminal.
Untuk memahami fenomena ini, kita perlu menyelami berbagai faktor psikologis yang mendasarinya. Tulisan ini mengulas penyebab psikologis dari perilaku kriminal di kalangan remaja:
1. Pengaruh Lingkungan KeluargaMenurut Dr. John Bowlby, seorang ahli psikologi perkembangan, hubungan awal dengan orang tua atau pengasuh memainkan peran krusial dalam pembentukan kepribadian dan perilaku anak. Keluarga yang tidak stabil atau mengalami konflik sering kali menciptakan lingkungan yang tidak aman secara emosional bagi remaja. Penelitian oleh Egeland dan Hiester (1995) menunjukkan bahwa ketidakstabilan keluarga, termasuk kekerasan rumah tangga atau pengabaian, dapat mempengaruhi perkembangan emosional dan sosial anak, yang kemudian berkontribusi pada perilaku kriminal.
2. Pengaruh Teman SebayaTeori sosial belajar Albert Bandura menekankan pentingnya model perilaku dalam pembelajaran sosial. Remaja sangat dipengaruhi oleh kelompok teman sebaya mereka, terutama dalam periode perkembangan di mana mereka mencari identitas dan penerimaan. Penelitian oleh Steinberg dan Monahan (2007) menunjukkan bahwa remaja lebih cenderung terlibat dalam perilaku berisiko ketika berada dalam kelompok yang menunjukkan perilaku serupa. Tekanan teman sebaya ini sering kali mendorong remaja untuk terlibat dalam kejahatan untuk diterima atau dihargai.
Ketika Merasa Gagal Cobalah Untuk Bangkit Dan Bergerak Maju3. Gangguan Mental dan EmosionalGangguan mental dan emosional dapat memengaruhi perilaku remaja secara signifikan. Penelitian oleh Moffitt (1993) dalam "The Neuropsychology of Anti-Social Behaviour" menjelaskan bahwa remaja dengan gangguan perilaku atau mood seringkali menunjukkan kecenderungan untuk terlibat dalam perilaku kriminal. Kondisi seperti gangguan perhatian (ADHD), gangguan bipolar, atau gangguan perilaku dapat mengganggu kemampuan mereka untuk membuat keputusan yang rasional dan mengendalikan impuls.
4. Kurangnya Keterampilan Mengelola StresRemaja sering menghadapi berbagai stres, seperti masalah akademik, hubungan sosial, dan ekspektasi keluarga. Penelitian oleh Compas, Connor-Smith, Saltzman, et al. (2001) menunjukkan bahwa remaja yang tidak memiliki keterampilan coping yang efektif lebih rentan terhadap perilaku maladaptif, termasuk kejahatan. Ketidakmampuan untuk mengatasi stres dengan cara yang sehat dapat menyebabkan remaja mencari pelarian melalui aktivitas ilegal sebagai bentuk penanganan stres yang tidak konstruktif.
5. Akses Terbatas ke Pendidikan dan Kesempatan EkonomiKeterbatasan akses pendidikan dan kesempatan ekonomi dapat meningkatkan risiko perilaku kriminal di kalangan remaja. Penelitian oleh Loeber dan Farrington (2001) menunjukkan bahwa ketidakmampuan untuk mendapatkan pendidikan yang baik dan peluang kerja yang layak seringkali berkontribusi pada frustrasi dan putus asa. Remaja yang merasa terpinggirkan secara ekonomi mungkin merasa terpaksa mencari alternatif ilegal untuk memenuhi kebutuhan atau mendapatkan status sosial.
6. Paparan Media dan TeknologiPaparan terhadap konten media yang kekerasan atau aktivitas ilegal dapat mempengaruhi perilaku remaja. Penelitian oleh Anderson dan Dill (2000) menunjukkan bahwa paparan media yang penuh kekerasan dapat meningkatkan agresi dan perilaku antisosial pada remaja. Konten semacam ini, terutama melalui video game atau media sosial, dapat normalisasi perilaku kriminal dan mempengaruhi cara pandang remaja terhadap tindakan kekerasan.
Membangun Kebiasaan Yang Mengubah Hidup: Rangkuman Buku "Atomic Habits"Memahami mengapa remaja terlibat dalam perilaku kejahatan memerlukan pendekatan yang mendalam dan multi-faktor. Berdasarkan kajian psikologis, faktor-faktor seperti lingkungan keluarga, pengaruh teman sebaya, gangguan mental, kemampuan mengelola stres, akses pendidikan, dan paparan media memainkan peran signifikan dalam pembentukan perilaku kriminal pada remaja. Dengan pendekatan yang holistik, termasuk dukungan psikologis, pendidikan, dan perbaikan lingkungan sosial, kita dapat membantu remaja mengatasi tantangan mereka dan mengarahkan mereka ke jalur yang lebih positif.***