Ia menerangkan bahwa lukisan tersebut merupakan bagian dari materi perkuliahan mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah. Dalam kajiannya, mahasiswa tengah membahas dinamika politik era Presiden Soekarno, ketika sejumlah partai besar termasuk PKI menjadi bagian penting dalam perjalanan demokrasi Indonesia.
Pihak rektorat, kata Prof. Bahzar, telah memanggil pengelola program studi terkait untuk meminta klarifikasi. Hasilnya menegaskan bahwa gambar itu dibuat sebagai sarana visualisasi agar mahasiswa lebih mudah memahami konteks sejarah politik nasional.
“Menjadi kewajiban akademik bagi mahasiswa sejarah untuk mempelajari berbagai peristiwa secara objektif. Itu mencakup semua partai politik pada masanya, tanpa terkecuali. Kami tegaskan kembali, ini tidak ada hubungannya dengan penyebaran paham komunisme maupun aktivitas terorisme,” tambahnya.
Sebelumnya, lukisan bergambar PKI tersebut ditemukan aparat kepolisian saat melakukan penggerebekan di salah satu gedung FKIP Unmul. Dalam penggerebekan itu, polisi juga menyita 27 bom molotov, yang diduga akan digunakan dalam aksi demonstrasi pada 1 September 2025.
Mahasiswa Bergerak! BEM UI dan BEM SI Siap Demo Besar Hari ini
Terkait kasus bom molotov, kepolisian telah menetapkan empat mahasiswa sebagai terduga perakit. Sementara itu, pihak universitas menegaskan akan menyerahkan sepenuhnya penanganan kasus tersebut kepada aparat hukum.
“Unmul tetap memastikan seluruh kegiatan akademik berjalan sesuai koridor keilmuan, termasuk pembelajaran sejarah yang memang mengharuskan mahasiswa mengenal berbagai dinamika masa lalu,” tutup Prof. Bahzar.***