Guru formal akan bertugas mengajarkan pelajaran akademik kepada siswa sejak pagi hingga sore hari, sementara guru karakter akan fokus membentuk kepribadian dan nilai-nilai karakter siswa melalui kegiatan pembinaan pada sore hingga malam hari. Gus Ipul menambahkan bahwa dari estimasi awal, sekitar 700 orang akan bertugas sebagai guru formal, dan 300 lainnya sebagai guru karakter. Selain itu, formasi kepala sekolah dan wakil kepala sekolah juga akan disiapkan untuk mendukung manajemen sekolah.
Sebelumnya, Kementerian Sosial telah menyampaikan bahwa Sekolah Rakyat akan mulai beroperasi pada tahun ajaran 2025/2026 yang dimulai bulan Juli. Oleh karena itu, tahapan penerimaan murid dan seleksi guru dijadwalkan rampung sebelum masa ajaran dimulai.
Ketua Tim Formatur Sekolah Rakyat, M. Nuh, menyatakan bahwa perekrutan guru akan difokuskan pada mereka yang telah lulus dari Pendidikan Profesi Guru (PPG). Dari total 60.000 guru lulusan PPG yang tersedia, akan dilakukan pemetaan lokasi penempatan sesuai domisili masing-masing calon guru agar mereka bisa mengajar di daerah asalnya. Proses ini dilakukan melalui kerja sama dengan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen). Selain itu, pemerintah juga membuka kemungkinan penugasan guru dari kalangan aparatur sipil negara (ASN) ke Sekolah Rakyat.
“Seleksi tidak hanya menilai kemampuan akademik, tapi juga empati sosial yang dimiliki para calon guru. Kami ingin guru-guru di Sekolah Rakyat benar-benar memahami konteks sosial siswa mereka,” ungkap M. Nuh pada Rabu (19/3/2025).
Sementara itu, untuk penerimaan siswa, seleksi akan dilaksanakan melalui berbagai tahapan. Seleksi dimulai dari verifikasi administratif, yang hanya terbuka bagi anak-anak dari keluarga kategori Desil 1 dan 2 berdasarkan Data Tunggal Sosial dan Ekonomi Nasional (DTSEN). Setelah itu, para calon siswa akan menjalani rangkaian tes potensi akademik, psikotes, kunjungan rumah (home visit), wawancara dengan orang tua, hingga pemeriksaan kesehatan.
Menurut Gus Ipul, diperkirakan sekitar 2.500 siswa akan diterima dan tersebar di 53 lokasi Sekolah Rakyat. Saat ini, proses identifikasi calon guru dan siswa terus dilakukan dengan memanfaatkan data digital dan kolaborasi antar pihak yang terlibat.
Tragis! Tiga Wisatawan Terseret Ombak di Pantai Parangtritis, 1 Masih Hilang
"Identifikasi calon siswa dan guru dilakukan secara menyeluruh, terutama yang berada di sekitar lokasi Sekolah Rakyat. Rapat-rapat koordinasi masih berjalan, sebagian besar dilakukan secara daring. Kami potret semua data, mulai dari persebaran guru hingga siswa potensial yang masuk kategori prioritas,” terang Gus Ipul.
Dengan pendekatan seleksi yang ketat dan persiapan yang matang, Sekolah Rakyat diharapkan menjadi solusi pendidikan inklusif bagi anak-anak dari keluarga prasejahtera, sekaligus menjadi model baru sistem pendidikan berbasis karakter di Indonesia.***