"Banyak fasilitas yang belum optimal. Kamar mandi misalnya, pintunya tidak memiliki kunci, beberapa keran rusak, gayung hilang, dan penutup toilet duduk pun ada yang patah," ungkap J sebagaimana dilansir oleh bekaci.suara.com.
Selain itu, minimnya dukungan sekolah terhadap kegiatan ekstrakurikuler juga menjadi keluhan utama. Para siswa merasa bahwa dana yang seharusnya digunakan untuk mendukung kegiatan ini tidak dialokasikan secara memadai, sehingga mereka harus mengeluarkan biaya sendiri untuk membayar honor pelatih. Padahal, setiap bulan siswa telah membayar SPP sebesar Rp250.000.
"Kami harus membayar pelatih sendiri karena sekolah tidak menganggarkan dana untuk itu. Padahal, biaya yang kami bayarkan seharusnya mencakup kebutuhan ekstrakurikuler," tambah J.
Masalah lain yang mencuat adalah ketidakjelasan pelaksanaan wisuda bagi siswa kelas 12. Meskipun siswa telah diminta membayar Rp1,4 juta, hingga kini belum ada kepastian mengenai jadwal wisuda.
"Kami sudah membayar biaya wisuda, tetapi hingga saat ini belum ada informasi jelas mengenai kapan acara akan dilaksanakan," keluh J.
Merespons aksi protes ini, Kepala Sekolah Nina Indriana mengakui bahwa masih ada beberapa fasilitas sekolah yang membutuhkan perbaikan, seperti atap kelas yang bocor. Ia berjanji akan menuntaskan perbaikan tersebut pada tahun 2025. Terkait tuntutan agar dirinya mundur, Nina menyatakan bahwa ia siap menerima keputusan dari pimpinan Kementerian Agama Kota Bekasi.
Viral Dua Oknum Dinas Perhubungan Diduga Lakukan Pungli dan Kekerasan terhadap Sopir
"Beberapa perbaikan memang sudah kami lakukan, namun masih ada yang belum selesai. Kami akan menyelesaikannya tahun ini," ujar Nina.
"Jika pimpinan memutuskan untuk mengganti saya, maka saya akan menerima keputusan tersebut dengan lapang dada," ucapnya.
Aksi damai ini diharapkan dapat mendorong peningkatan transparansi pengelolaan dana sekolah serta perbaikan fasilitas demi kenyamanan dan peningkatan kualitas pendidikan bagi seluruh siswa MAN 2 Kota Bekasi.***