Lingkaran.id - Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli mengungkapkan kondisi ketenagakerjaan Indonesia saat ini masih menghadapi tantangan serius, salah satunya adalah tingginya angka pengangguran di kalangan lulusan pendidikan tinggi. Hal ini disampaikan dalam paparan keynote speech pada Kajian Tengah Tahun Indef 2025 yang digelar di Jakarta, Rabu (2/7/2025).
Berdasarkan data ketenagakerjaan Indonesia tahun 2025, tercatat total angkatan kerja mencapai 153,05 juta orang. Dari jumlah tersebut, sebanyak 145,77 juta telah bekerja, sedangkan sisanya sekitar 7,28 juta orang masih berstatus pengangguran, dengan tingkat pengangguran terbuka (TPT) sebesar 4,76 persen.
PPATK Blokir Jutaan Rekening Penerima Bansos, Saldo Mencapai Lebih dari Rp 2 TriliunLebih lanjut, data juga merinci latar belakang pendidikan para pengangguran tersebut. Dari total 7,28 juta pengangguran, tercatat sebanyak 1.010.652 orang merupakan lulusan perguruan tinggi, sementara 177.399 orang adalah lulusan diploma. Sementara itu, lulusan SMK mendominasi dengan jumlah 1.628.517 orang, disusul lulusan SMA sebanyak 2.038.893 orang, dan lulusan SD dan SMP mencapai 2.422.846 orang.
Dalam sambutannya, Menaker Yassierli menyoroti bahwa permasalahan mendasar bukan hanya pada jumlah pengangguran, melainkan pada kualitas tenaga kerja Indonesia yang sebagian besar (sekitar 85 persen) adalah lulusan tingkat menengah seperti SMA dan SMK.
Cara Cek Bansos BPNT dan PKH Juli 2025 Lewat HP, Bisa Dapat Tambahan Rp400 Ribu
“Ini menjadi tantangan utama bagi kita ke depan. Kalau soal angka pengangguran, itu masih dalam batas standar. Tapi yang jadi perhatian utama adalah kualitasnya,” tegas Yassierli.
Pernyataan ini menyoroti pentingnya perbaikan sistem pendidikan dan pelatihan kerja yang mampu meningkatkan keterampilan dan daya saing lulusan, terutama di tengah cepatnya perubahan kebutuhan industri di era digital dan otomatisasi.***