
Peristiwa ini bermula ketika Tri pulang sekolah dalam kondisi kurang sehat. Meski sedang sakit, ia tetap memaksakan diri berangkat ke sekolah pada hari itu. Seusai jam pelajaran, ia menolak ajakan temannya untuk pulang bersama, dengan alasan akan dijemput ibunya.
Namun saat sang ibu tiba di sekolah sekitar pukul 16.30 WIB, Tri sudah tidak terlihat. Pencarian pertama dilakukan oleh keluarga, guru, serta teman-teman sekolahnya di sekitar SMP Negeri 8 Pekanbaru hingga ke gubuk milik abangnya. Namun, hingga malam tiba, keberadaan Tri tetap menjadi misteri.
“Korban sebenarnya dalam kondisi sakit tapi tetap memaksa ke sekolah. Tidak ada masalah di keluarga ataupun lingkungan sekolah. Tiba-tiba hilang begitu saja, ini yang membuat kami heran,” ujar Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMA Negeri 4 Pekanbaru, Zulfadli, Kamis (11/9/25).
Hal senada juga disampaikan sang kakak, Slamet Wahyudi (24). Ia mengatakan adiknya memang sudah demam sejak pagi hari.
“Saya sudah melarangnya berangkat sekolah, tapi dia tetap pergi. Tidak ada konflik apa pun di keluarga, tiba-tiba saja hilang,” tuturnya.
Setelah dua hari pencarian mandiri tidak membuahkan hasil, Basarnas Pekanbaru akhirnya menurunkan 21 personel untuk membantu penyisiran. Tim dibagi menjadi tiga Search Rescue Unit (SRU) dan menyusuri sejumlah titik di area hutan Lanud. Keberuntungan datang pada Kamis pagi, saat tim menemukan Tri dalam kondisi selamat meski sangat lemah.
BSU Cair Lagi? Cek Fakta Resmi Kemnaker & BPJS Ketenagakerjaan
“Korban menunjukkan gejala hipotermia, seperti sudah lama berada di hutan tanpa makanan dan perlindungan. Kami segera memberikan pertolongan pertama sebelum mengevakuasi ke rumah sakit,” jelas Komandan Tim Rescue Basarnas Pekanbaru, Nahdi Sumaryono.
Yang mengejutkan, lokasi ditemukannya Tri ternyata tidak jauh dari area yang sebelumnya sudah disisir warga, pihak sekolah, hingga keluarganya. Hal ini menambah tanda tanya mengenai bagaimana remaja tersebut bisa bertahan hidup di dalam hutan selama dua hari.***