“Jika melihat pola di berbagai negara, dana kekayaan negara yang berinvestasi dalam infrastruktur dasar dapat membantu mendukung pertumbuhan ekonomi. Hal ini pada akhirnya menarik lebih banyak investasi asing dan FDI,” ujar Wanming Du dalam acara Bloomberg Technoz Economic Outlook di Jakarta, Jumat (21/2/2025).
Menurutnya, langkah Indonesia membentuk Danantara sejalan dengan strategi yang telah diterapkan berbagai negara untuk mengalokasikan kekayaan negara ke sektor infrastruktur. Selain itu, keberadaan sovereign wealth fund (SWF) ini juga diprediksi akan berdampak positif terhadap indeks saham nasional.
Dengan Asset Under Management (AUM) mencapai US$900 miliar, Danantara berpotensi menjadi SWF terbesar ketujuh di dunia. Wanming juga menyoroti investasi Danantara di sektor energi baru terbarukan (EBT) sebagai langkah strategis yang dapat memberikan dampak ekonomi jangka panjang.
“Ini tentu kabar baik bagi pasar domestik,” tambahnya.
Agar Danantara mencapai kinerja optimal, Wanming merekomendasikan strategi diversifikasi investasi, baik di dalam maupun luar negeri, untuk memaksimalkan keuntungan dan mengurangi risiko.
Soroti Peluncuran BPI Danantara: Dinilai Berisiko Melemahkan Pengawasan dan Penegakan Hukum ,Celah Baru bagi Korupsi?
Presiden Prabowo Subianto sebelumnya mengumumkan bahwa Danantara akan secara resmi diluncurkan pada 24 Februari 2025. Lembaga ini dirancang untuk mengalokasikan modal Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ke sektor usaha yang menjanjikan keuntungan tinggi sekaligus memberikan dampak sosial yang luas. Dengan model pengelolaan yang diterapkan, keuntungan dari program hilirisasi akan sepenuhnya dinikmati oleh Indonesia.
Dalam operasionalnya, Danantara akan berada langsung di bawah pengawasan Presiden dan didukung oleh Dewan Pengawas yang diketuai oleh Menteri BUMN, serta Dewan Penasehat yang akan memberikan arahan strategis bagi pengelolaan investasi negara.***