"Anak saya jelas terlihat di-bully. Dalam video, terlihat anak saya dipaksa minum miras sampai mabuk," ujar Gufron.
Gufron menambahkan bahwa setelah menerima kabar tentang kejadian tersebut, ia langsung memeriksa kondisi anaknya di sekolah dan menemukan ARD dalam keadaan tidak sadarkan diri dan basah kuyup.
"Saat saya tiba di sekolah, saya melihat empat orang temannya sedang duduk, sementara anak saya terbaring di pondasi dekat tembok dalam gedung sekolah," jelas Gufron.
ARD kemudian segera dilarikan ke RSUD untuk mendapatkan perawatan medis. Sementara itu, keluarga korban melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Kota Utara, berharap pihak kepolisian segera mengambil tindakan.
Kapolsek Kota Utara, Iptu Fredy Yasin, menjelaskan bahwa insiden ini berawal dari pesta miras di sekolah yang melibatkan lima siswa, termasuk korban. Mereka patungan untuk membeli miras dan mengonsumsinya bersama-sama.
"Tidak ada paksaan, kelimanya sepakat mengonsumsi minuman keras," jelas Fredy pada Jumat, 13 September 2024.
Fredy menambahkan bahwa setelah pesta miras berlangsung, ARD, yang diduga sudah dalam kondisi mabuk berat, menantang empat temannya untuk berkelahi. Keempat siswa yang juga dalam pengaruh miras pun menanggapi ajakan tersebut. Salah satu pelaku menampar dan menendang ARD, diikuti oleh teman-teman lainnya, sementara seorang pelaku menyiram ARD dengan air.
Setelah kejadian tersebut, orang tua ARD datang menjemput anaknya yang sudah tidak sadarkan diri. Fredy menjelaskan bahwa penyelidikan kasus ini masih berlangsung, termasuk mengumpulkan keterangan dari para pelaku. Saat ini, pihak kepolisian belum melakukan penahanan terhadap keempat siswa yang masing-masing berusia 15 dan 16 tahun, sementara korban berusia 14 tahun.
Dari hasil penyelidikan awal, diketahui bahwa insiden pesta miras di sekolah bukanlah yang pertama kalinya. Pihak kepolisian masih mendalami motif penganiayaan yang terjadi pada ARD, terutama terkait kondisi korban yang mabuk berat hingga mengajak temannya berkelahi.
Polisi Ringkus Mantan Pacar dan Tiga Pelaku Lain dalam Kasus Pembunuhan Siswi SMP di Palembang
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMKN 1 Gorontalo, Zulkarnain Tanipu, membenarkan bahwa pelaku dan korban merupakan siswa kelas X di sekolah tersebut. Pihak sekolah telah mengundang orang tua siswa untuk membahas masalah ini dan mencari jalan keluar.
"Kami telah mengadakan konferensi kasus dengan menghadirkan para orang tua siswa. Mereka menyatakan bahwa tidak ada pemukulan dalam kejadian tersebut," kata Zulkarnain.
Meskipun demikian, penyelidikan lebih lanjut masih akan dilakukan, dengan pihak sekolah berkoordinasi dengan kepolisian untuk menindaklanjuti laporan yang telah dibuat oleh keluarga korban.***