"Ayah saya adalah salah satu veteran yang tinggal di kompleks ini," ujar Endang.
Anak dan cucunya menolak tinggal di bunker dan memilih tinggal di kawasan perumahan di Sidoarjo. Endang mengungkapkan bahwa setiap akhir pekan, ia rutin mengunjungi mereka dan kembali ke bunker pada hari Senin pagi.
Bangunan bunker di kompleks Gedung Kantor KCVRI ini memiliki bentuk khas militer, dengan sebagian bangunan tertimbun tanah. Salah satu dari dua bunker yang ada difungsikan sebagai gudang, sementara bunker lainnya ditempati oleh Endang. Dulunya, bunker ini digunakan sebagai tempat penyimpanan senjata dan perlindungan tentara Belanda selama perang di Surabaya.
Struktur bunker tersebut berbentuk seperti tempurung dengan dinding setebal hampir satu meter, dilengkapi pintu besi berukuran besar dan dua lubang ventilasi. Begitu masuk, terdapat tangga yang menurun ke area dalam bunker yang terdiri dari dua ruangan. Endang mengatur ruangan tersebut dengan satu ruang sebagai kamar tidur dan ruang lain sebagai dapur.
Menariknya, meski telah berusia puluhan tahun, bunker ini tidak pernah mengalami renovasi. Menurut Endang, kondisi bangunan ini masih sangat kuat, meski ada sedikit rembesan air ketika hujan deras.
Admin Gerindra Bikin Ketar-Ketir Kepala Desa: Jalan Desa Mendadak Diperbaiki
“Belum pernah direnovasi sama sekali, enggak bocor, mungkin karena bangunan Belanda yang kuat. Tapi kalau hujan deras, kadang ada rembesan air dari sungai yang harus saya bersihkan,” tutur Endang.
Keputusan Endang untuk tetap tinggal di bunker bukan hanya karena kenyamanan, tetapi juga sebagai bentuk penghormatan dan penjagaan terhadap tempat bersejarah ini, yang dahulu menjadi tempat tinggal ayahnya.
“Tinggal di sini adem, di Surabaya yang panas, tinggal di sini lebih nyaman,” ujarnya.***