
Awalnya, pemerintah Nepal beralasan larangan tersebut diberlakukan karena perusahaan teknologi gagal mendaftar ke Kementerian Komunikasi sebelum tenggat 28 Agustus 2025. Meski TikTok dan Viber lolos dari pemblokiran, jutaan anak muda merasa hak komunikasi, bisnis, hingga kebebasan berekspresi mereka dicabut secara sepihak.
Namun, amarah publik tidak hanya berhenti pada isu digital. Massa menuding pemerintah sarat korupsi, nepotisme, elitisme, dan ketidakadilan sosial. Kemarahan semakin membara setelah beredar video viral di media India yang memperlihatkan Menteri Keuangan Nepal, Bishu Paudel, dikejar, dipukuli, ditelanjangi, dan dilempar ke sungai oleh demonstran. Walau belum dikonfirmasi resmi, rekaman itu semakin mempertegas betapa besar kebencian rakyat terhadap elite politik.
Tragedi lain pun terjadi di kawasan elite Kathmandu, di mana rumah mantan Perdana Menteri Jhala Nath Khanal dibakar massa. Istrinya, Rajyalaxmi Chitrakar, dilaporkan tewas dalam insiden tersebut.
Situasi memanas membuat Perdana Menteri KP Sharma Oli menyatakan pengunduran diri pada Selasa (9/9/2025). Dalam suratnya kepada Presiden Ramchandra Paudel, ia menegaskan mundur demi mencari jalan keluar politik atas krisis nasional.
Namun, langkah itu tidak cukup meredakan gejolak. Puluhan ribu demonstran masih membanjiri jalanan, bahkan menentang jam malam dan membakar gedung parlemen. Militer Nepal dikerahkan di titik-titik rawan seperti Baneshwor, Singhadurbar, dan Narayanhiti, tetapi bentrokan tetap berlangsung.
Gerakan ini kemudian dikenal dengan sebutan “Revolusi Digital Gen Z”. Para mahasiswa dan pemuda menjadi motor penggerak, menolak hanya dianggap sekadar protes soal aplikasi.
“Kami tak cuma melawan pemblokiran aplikasi. Kami melawan sistem yang menindas kami,” tegas Yujan Rajbhandari (24), seorang mahasiswa.
Hal senada diungkapkan Ikshama Tumrok (20), yang lantang menyatakan: “Penderitaan ini harus berakhir di generasi kami.” Kemarahan publik kian membara ketika foto-foto anak pejabat atau “Nepo Kids” beredar di media sosial, menampilkan gaya hidup glamor dengan mobil mewah, tas branded, hingga pesta eksklusif. Di sisi lain, jutaan pemuda Nepal hidup dalam kemiskinan dan pengangguran.
BSU Cair Lagi? Cek Fakta Resmi Kemnaker & BPJS Ketenagakerjaan
Menyikapi situasi genting, Menteri Komunikasi Prithvi Subba Gurung menyatakan pemerintah siap mencabut larangan media sosial. Namun bagi demonstran, hal itu sudah terlambat. Mereka kini menuntut reformasi menyeluruh atas sistem politik, penegakan keadilan sosial, serta penghapusan budaya nepotisme.
Dengan korban jiwa dan luka terus bertambah serta kerusakan meluas, Nepal kini berada di ambang revolusi besar. Dunia hanya bisa menyaksikan dengan ngeri bagaimana sebuah negara kecil di Himalaya mendadak meledak dalam amarah rakyatnya sendiri.***