"Kami tidak akan terprovokasi dengan video lama yang beredar dan diedit. Terima kasih telah jadi orang baik dan membantu banyak orang," Salah satu karangan bunga.
Selain itu, ada juga kiriman dari pihak yang menuliskan identitasnya sebagai “Hamba Allah” serta dari komunitas yang menamakan diri “Kami yang Pernah Ditolong Uya Kuya. Dukungan serupa juga datang dari warga Jakarta Selatan, yang menulis pesan penuh makna.
“Di setiap luka ada daya, di setiap ujian ada makna. Tetaplah kuat Bang Uya Kuya. Doa terbaik kami untuk Abang & keluarga, ” ucapan dalam karangan bunga.
Meski menjadi korban penjarahan, Uya Kuya menegaskan bahwa dirinya sudah mengikhlaskan kejadian tersebut. Namun, ia tak menampik merasa sedih karena sejumlah kucing peliharaannya turut dibawa oleh massa.
“Aku ikhlas saja, enggak apa-apa. Cuma yang bikin sedih itu karena kucing-kucingku juga ikut dijarah. Itu makhluk hidup, bukan barang,” ungkapnya.
Di tengah proses hukum, Uya sempat bertemu langsung dengan salah satu terduga pelaku, seorang ibu paruh baya yang tertangkap membawa unit AC dari rumahnya. Pertemuan itu terjadi di kawasan Matraman, Jakarta Timur, bersama aparat kepolisian. Uya kemudian menceritakan latar belakang sang ibu yang membuatnya terenyuh.
“Ibu ini kesehariannya tukang parkir. Suaminya juga tukang parkir. Dia tinggal dengan anak dan cucunya, di mana cucunya adalah penyandang disabilitas,” jelas Uya.
Angelina Sondakh Beberkan Sisi Gelap DPR, Singgung Permainan Kekuasaan
Mendengar kondisi keluarga tersebut, Uya Kuya memilih untuk memaafkan dan tidak melanjutkan laporan hukum. Ia bahkan mengajukan langkah restorative justice agar kasus tersebut bisa diselesaikan tanpa proses pengadilan.
“Saya sendiri yang mengajukan restorative justice. Jadi untuk ibu ini, saya minta kasusnya cukup sampai di sini saja, tidak usah dibawa ke tahap berikutnya,” tegas Uya.
Keputusan Uya ini menuai apresiasi publik yang menilai sikapnya sebagai bentuk empati dan kebesaran hati, meski dirinya menjadi korban penjarahan.***