
Berawal dari pernyataan kontroversial seorang konten kreator yang menyebut bahwa aktivitas nge-gym adalah bentuk kebodohan, gelombang respons pun muncul dari berbagai kalangan termasuk tokoh publik ternama.
Namun yang menarik, opini tersebut kini berbalik menjadi bumerang di tengah maraknya sorotan terhadap dugaan kerugian yang dialami oleh peserta dalam program pelatihan finansial berbasis kripto yang dikenal luas sebagai Akademi Crypto. Publik mulai mengaitkan dua isu ini sebagai bentuk ironi sosial yang merefleksikan dinamika pemikiran di era digital.
Login Info GTK 2025 Sekarang, Ini Daftar Penerima Insentif Guru Honorer dan Tunjangan TPG
Pernyataan yang menyinggung komunitas pecinta olahraga dan kebugaran tubuh sempat memicu tanggapan tajam dari kalangan publik figur. Seorang tokoh media senior bahkan menanggapi secara sarkastik dalam tayangan podcast populernya, menyebut bahwa bila ukuran kebodohan ditentukan dari hobi nge-gym, maka tokoh-tokoh berprestasi seperti atlet nasional hingga tokoh militer ikut terimbas.
Pernyataan tersebut menjadi potongan video yang viral di Reels dan TikTok, menghasilkan jutaan tayangan dan ribuan komentar dari netizen yang terbelah antara pro dan kontra.
Dalam perkembangan yang tak terduga, publik kini menyoroti isu baru dugaan kerugian yang dialami oleh sejumlah peserta Akademi Crypto, sebuah program edukasi finansial yang sempat ramai dipromosikan oleh figur-figur populer di media sosial. Beberapa testimoni peserta mulai bermunculan, menyebut adanya tekanan psikologis dan kerugian finansial setelah mengikuti program tersebut.
Fenomena ini membuat netizen melontarkan sindiran balik: “Mending nge-gym, otot sehat. Daripada ikut Akademi, dompet boncos.” Kalimat-kalimat seperti ini ramai berseliweran di kolom komentar Instagram dan X (Twitter), menjadikan topik ini trending dalam waktu singkat.
Fenomena ini menunjukkan dua hal penting: pertama, betapa cepatnya opini publik terbentuk dan berubah dalam era digital. Kedua, bahwa pernyataan bernada provokatif, terutama yang menyerang identitas kolektif seperti gaya hidup atau profesi, memiliki potensi untuk menjadi bumerang.
Cair Mulai Agustus 2025! Cara Cek Info GTK untuk Insentif Guru Non-ASN Rp2,1 Juta
Beberapa konten Reels dan TikTok yang membandingkan “gym vs akademi” telah mencapai jutaan views dalam hitungan jam. Banyak kreator konten justru memanfaatkan momen ini untuk membahas pentingnya membangun tubuh dan mental yang sehat, serta edukasi agar tidak mudah tertipu dengan janji keuntungan cepat.
Opini bisa jadi viral. Tapi dampaknya bisa membentuk persepsi publik dalam jangka panjang. Di balik debat “otak vs otot” yang menjadi trending hari ini, ada pelajaran besar soal kehati-hatian dalam berkata dan bijak dalam menerima informasi. Karena di era digital, satu kalimat bisa membangun atau menghancurkan reputasi dalam hitungan detik.
Redaksi media ini mengajak pembaca untuk tetap bijak dalam menyikapi fenomena viral, menghindari menyebarkan ujaran kebencian, serta mengedepankan literasi digital dan empati dalam berdiskusi.****