Website Thinkedu

Bagaimana Awal Mula Iran Serang Israel? Ini Sejarah Konflik Mereka

Bagaimana Awal Mula Iran Serang Israel? Ini Sejarah Konflik Mereka
Foto : Instagram
Lingkaran.id - Bagaimana Awal Mula Iran Serang Israel? Ini Sejarah Konflik MerekaBagaimana Awal Mula Iran Serang Israel? Ini Sejarah Konflik Mereka

Konflik antara Iran dan Israel merupakan salah satu perseteruan yang paling kompleks dan panjang dalam sejarah Timur Tengah. Kedua negara ini telah lama terlibat dalam persaingan yang melibatkan ideologi, kekuasaan regional, dan isu strategis. Namun, pertanyaan yang sering muncul adalah: bagaimana awal mula Iran dan Israel sampai pada titik konflik yang begitu tajam? Artikel ini akan membahas sejarah konflik tersebut, mulai dari latar belakangnya hingga eskalasi yang terjadi di era modern.

Sebelum Revolusi Islam Iran pada tahun 1979, hubungan antara Iran dan Israel bisa dikategorikan sebagai relatif baik. Pada saat itu, Iran dipimpin oleh Shah Mohammad Reza Pahlavi, seorang pemimpin yang pro-Barat dan memiliki hubungan dekat dengan Israel. Kedua negara tersebut bahkan memiliki kerja sama di bidang intelijen, militer, dan ekonomi.

Iran, yang merupakan negara non-Arab dan beragama Syiah, merasa terancam oleh negara-negara Arab Sunni di sekitarnya, seperti Irak. Sementara itu, Israel, sebagai negara Yahudi di tengah kawasan yang mayoritas Muslim, juga merasa terancam. Karena itu, keduanya menemukan kesamaan dalam kepentingan strategis untuk melawan musuh bersama, seperti Irak dan negara-negara Arab lainnya.

Semuanya berubah drastis setelah Revolusi Islam Iran pada tahun 1979. Revolusi ini menggulingkan Shah dan membawa Ayatollah Khomeini ke tampuk kekuasaan. Khomeini, seorang pemimpin religius Syiah yang sangat anti-Amerika dan anti-Israel, segera mengubah kebijakan luar negeri Iran.

Di bawah pemerintahan baru, Iran mulai mengidentifikasi Israel sebagai musuh utamanya. Khomeini menyebut Israel sebagai "negara penjajah" dan "musuh Islam". Dukungan Iran kepada gerakan-gerakan anti-Israel di wilayah tersebut, seperti Hizbullah di Lebanon, mulai meningkat. Ini menjadi awal dari konflik yang akan berlangsung selama puluhan tahun.

Salah satu titik balik dalam konflik Iran-Israel adalah Perang Iran-Irak (1980-1988). Meskipun perang ini terutama melibatkan Iran dan Irak, dampaknya juga terasa di Lebanon, di mana Hizbullah mulai muncul sebagai kekuatan militan Syiah.

Iran melihat Hizbullah sebagai alat strategis untuk melawan Israel, yang pada saat itu menduduki Lebanon selatan. Dukungan Iran kepada Hizbullah, baik secara militer maupun finansial, semakin memperkuat posisi Hizbullah sebagai musuh Israel. Serangan-serangan Hizbullah ke wilayah Israel kemudian menjadi pemicu konflik yang berkepanjangan.

Program Nuklir Iran dan Reaksi Israel

Pada tahun 1990-an, program nuklir Iran mulai mendapat perhatian internasional. Israel, yang telah memiliki senjata nuklir sejak tahun 1960-an, merasa terancam oleh kemungkinan Iran juga memiliki senjata nuklir. Israel khawatir bahwa nuklir Iran bisa digunakan untuk mengancam keberadaan negara Yahudi tersebut.

Sebagai respons, Israel mulai melakukan serangan rahasia ke fasilitas nuklir Iran, termasuk pembunuhan ilmuwan nuklir Iran dan serangan siber. Pada tahun 2018, Israel juga mengungkap dokumen rahasia program nuklir Iran untuk menunjukkan bahwa Iran melanggar kesepakatan internasional.

Eskalasi di Era Modern: Serangan dan Kounter-Serangan

Pada tahun 2020-an, konflik antara Iran dan Israel semakin eskalatif. Serangan udara Israel ke fasilitas militer Iran di Suriah, serta serangan balasan Iran ke kapal Israel di Selat Hormuz, menjadi bukti bahwa konflik ini semakin tidak terkendali.

Salah satu insiden paling serius adalah serangan ke pusat penelitian nuklir Natanz pada tahun 2021, yang diduga dilakukan oleh Israel. Serangan ini menghancurkan sebagian besar fasilitas tersebut dan memperburuk hubungan kedua negara.

Konflik antara Iran dan Israel adalah salah satu perseteruan paling rumit di Timur Tengah. Dari Revolusi Islam 1979 hingga eskalasi di era modern, kedua negara ini terlibat dalam permainan kekuasaan yang melibatkan ideologi, strategi militer, dan isu nuklir.

Untuk mencapai perdamaian, diperlukan upaya diplomatik yang serius dari kedua belah pihak, serta campur tangan internasional. Namun, hingga saat ini, tidak ada tanda-tanda bahwa konflik ini akan segera berakhir. Sementara itu, dunia harus waspada terhadap eskalasi yang bisa mempengaruhi stabilitas kawasan dan global.

Berita Lainnya
Video Lingkaran
Berita Populer Bulan ini
Thinkedu Online Course
Berita Terbaru
Generasi Digtial Intelektual