
“Gaduh (punya) pak, keluarga,” ujar Rusli singkat dalam video percakapan tersebut.
Pegadaian Festival Tring! 2025 #mulaidaritring! Ajak Masyarakat Wujudkan Masa Depan Finansial Cerdas
Rusli menegaskan bahwa aktivitas pertambangan yang dijalankannya bukanlah hal baru. Ia mengaku telah berkecimpung dalam usaha tambang sejak tahun 1985 dan menyatakan bahwa seluruh aktivitasnya memiliki izin resmi.
“Aya (izin) boga IUP, sejak 1985,” katanya, menegaskan bahwa usahanya telah mengantongi Izin Usaha Pertambangan (IUP).
Menariknya, dalam kegiatan operasional tambang tersebut, Rusli juga menyebut bahwa ia menggunakan bahan peledak. “Bahan peledak,” ujarnya singkat tanpa penjelasan lebih lanjut.
Dari sembilan tambang yang dimilikinya, Rusli menyampaikan bahwa satu di antaranya sudah habis masa izinnya pada September lalu.
“Terdaftar teh ada sembilan, ayeuna nu seep bulan hiji bulan September PT Gunung Mas Jaya Indah, jadi tinggal delapan yang masih ber-IUP,” jelasnya.
Sebagai kepala desa, Rusli juga mengatur pungutan dari setiap truk tambang yang beroperasi di wilayahnya. Ia menjelaskan bahwa pemerintah desa mengenakan pungutan sebesar Rp100 ribu untuk setiap truk pengangkut material dari tambang.
“Rp100 ribu pungutan yang diterapkan setiap pemdes di setiap gunung dari satu tronton,” jelas Rusli.
Pungutan tersebut kemudian dibagi ke beberapa pihak: Rp20 ribu untuk warga yang meratakan jalan, Rp20 ribu untuk pengurus tambang, Rp15 ribu untuk aparatur desa seperti RT, RW, dan linmas, sedangkan sisanya disimpan di kas kedusunan untuk kebutuhan pembangunan yang tidak bisa dibiayai dari dana desa, seperti kegiatan majelis taklim, pembangunan masjid, dan musala.
Dengan rata-rata 500 truk yang beroperasi setiap hari dari delapan perusahaan tambang, pungutan tersebut menghasilkan sekitar Rp50 juta per hari. Jika dikalkulasi, pemerintah desa di bawah kepemimpinan Rusli bisa mengantongi hingga Rp1,5 miliar per bulan hanya dari setoran truk tambang.
Selain itu, masing-masing perusahaan tambang juga disebut memberikan setoran bulanan ke pemerintah desa dalam bentuk uang tunai antara Rp5 juta hingga Rp7,5 juta. Jika ditotal keseluruhan, diperkirakan dana yang masuk ke Desa Rengasjajar mencapai sekitar Rp25 miliar per tahun.
“Harusnya sudah bisa membangun infrastruktur yang baik,” kata Dedi Mulyadi menanggapi pernyataan Rusli. Namun, ketika disinggung soal kesejahteraan warga di desanya, Rusli tampak tak banyak berkomentar.
“Yang kaya mah yang pada punya tambang,” ujar Dedi menegaskan dalam percakapan tersebut.
Viralnya nama Rusli berawal dari video yang memperlihatkan istrinya memamerkan uang tunai pecahan Rp50 ribu dan Rp100 ribu dalam jumlah besar. Dalam video itu, terdengar seorang pria yang mengatakan,
“Diberean duit bae,” yang disambut sang istri dengan jawaban, “Duit tuh loba,” sambil menunjukkan uang di tangannya.
Tak berhenti di situ, sang istri juga menyebut bahwa uang dalam video itu belum semuanya. “Duit loba di koper keneh,” ucapnya dengan nada sombong. Bahkan seorang pria dalam video itu terdengar berujar dengan nada angkuh, “Videokeun, videokeun. Ulah sieun, ieu rek diborong kabeh material, jeung polisi-polisi na (Jangan takut, ini mau diborong semua material dan polisinya juga).”
Menanggapi viralnya video tersebut, Rusli memberikan klarifikasi bahwa uang yang dipamerkan istrinya berasal dari hasil usaha tambang yang ia kelola. Ia juga mengklaim bahwa uang itu dibawa untuk dibagikan kepada para pekerja tambang.
“Kepada masyarakat yang terdampak, saya sampaikan bahwa video itu dibuat pada bulan Juli 2025,” ujar Rusli. Ia juga membela istrinya dengan menyebut bahwa video itu telah disalahartikan dan dipelintir.
“Tidak ada kaitannya dengan kelakuan ibu lurah yang dianggap menghina masyarakat. Video itu diambil dari status WhatsApp, kemudian disebarluaskan oleh seseorang dengan caption berlebihan dan diprovokasi agar terjadi kesalahpahaman,” jelasnya. Bahkan, Rusli menegaskan bahwa video istrinya yang dianggap sombong itu merupakan berita bohong.
Ratusan Warga Mundur dari Penerima Bansos Setelah Rumah Ditempeli Stiker “Keluarga Miskin”
“Oleh sebab itu, saya mengimbau warga agar tidak menelan mentah-mentah berita yang belum pasti kebenarannya alias hoaks,” tegasnya.
Meski sudah memberikan klarifikasi, publik tetap menyoroti gaya hidup dan sumber kekayaan keluarga Rusli. Banyak warganet yang menilai bahwa aksi pamer uang oleh istri kepala desa tersebut menjadi potret mencolok di tengah masih banyaknya masyarakat desa yang hidup sederhana.***