ThinkEdu

Makna Cap Go Meh dan Perayaan Meriah di Pulau Kemaro Palembang

Makna Cap Go Meh dan Perayaan Meriah di Pulau Kemaro Palembang
Foto : Lingkaran.id
Lingkaran.id - Perayaan Cap Go Meh, yang jatuh pada hari ke-15 setelah Tahun Baru Imlek, merupakan momen penting bagi masyarakat Tionghoa di berbagai penjuru dunia. Di Indonesia, khususnya di Pulau Kemaro, Palembang, perayaan ini menjadi salah satu agenda tahunan yang paling dinanti. Tak sekadar penutup rangkaian perayaan Imlek, Cap Go Meh juga sarat makna spiritual, budaya, dan ekonomi bagi masyarakat sekitar.

Istilah Cap Go Meh berasal dari dialek Hokkien dan Tiociu, yang secara harfiah berarti "malam kelima belas". Hari ini menandai berakhirnya perayaan Tahun Baru Imlek sekaligus menjadi simbol syukur atas berkah yang telah diterima serta harapan agar tahun mendatang membawa lebih banyak keberuntungan, kesejahteraan, dan keselamatan.

Kerajaan Sriwijaya, Peradaban Maritim Yang Menguasai Selat Malaka

Dalam tradisi Tionghoa, Cap Go Meh juga dikenal sebagai Festival Lentera, di mana masyarakat merayakan dengan menyalakan lampion, berkumpul bersama keluarga, serta menikmati berbagai hidangan khas seperti lontong Cap Go Meh, tang yuan (bola tepung beras), nian gao (kue keranjang), dan yuanxiao (ronde). Selain itu, kata-kata positif seperti "Thiam Hok Thiam Siu", yang berarti "bertambah kaya, sejahtera, makmur, dan bahagia", sering diucapkan sebagai doa dan harapan.

Di Palembang, Sumatera Selatan, Cap Go Meh dirayakan secara khusus di Pulau Kemaro, yang dikenal sebagai salah satu pusat peribadatan dan wisata religi masyarakat Tionghoa. Tahun ini, perayaan Cap Go Meh dijadwalkan pada Rabu, 12 Februari 2025, tetapi di Pulau Kemaro acara telah digelar lebih awal, mulai 10 Februari 2025.

Hal ini disebabkan oleh pasang surut Sungai Musi. Pada tanggal 12 Februari, air Sungai Musi diperkirakan surut, sehingga kapal-kapal yang membawa umat dan wisatawan dari Palembang dan daerah lainnya akan kesulitan bersandar di Pulau Kemaro. Oleh karena itu, perayaan dimajukan agar para pengunjung dapat dengan nyaman mengikuti rangkaian acara.

Salah satu persiapan utama yang dilakukan panitia adalah menata dermaga dan membangun jembatan terapung yang menghubungkan Pulau Kemaro dengan kawasan PT Pusri. Dengan adanya jembatan ini, pengunjung dapat menyeberang dengan lebih mudah, selain menggunakan transportasi air yang juga disediakan. Untuk memudahkan masyarakat yang ingin menghadiri perayaan Cap Go Meh di Pulau Kemaro, tersedia dua opsi transportasi utama:

  1. Jembatan Apung – Pengunjung dapat menyeberang dengan berjalan kaki dari area PT Pusri menuju Pulau Kemaro.
  2. Kapal Tongkang Gratis – Panitia menyediakan kapal tongkang gratis yang beroperasi dari Pasar 16 Ilir pada 10 Februari pukul 18.00 WIB dan 11 Februari pukul 16.00 WIB.

Cap Go Meh di Pulau Kemaro tidak hanya menjadi acara keagamaan, tetapi juga menjadi daya tarik wisata dengan berbagai pertunjukan budaya dan atraksi khas. Beberapa kegiatan yang selalu dinanti dalam perayaan ini antara lain:

  • Atraksi Barongsai – Tarian singa yang dipercaya dapat mengusir roh jahat dan membawa keberuntungan.
  • Festival Lentera – Ribuan lampion merah dan emas menerangi Pulau Kemaro, melambangkan harapan dan keberkahan.
  • Doa Bersama di Klenteng Hok Tjing Rio – Umat beribadah dan memanjatkan doa di klenteng bersejarah ini.
  • Wisata Pagoda 9 Lantai – Pengunjung dapat menikmati panorama indah Pulau Kemaro dari ketinggian.
  • Kunjungan ke Makam Putri Sriwijaya, Siti Fatimah – Situs sejarah yang menjadi bagian dari legenda cinta antara pangeran Tiongkok dan putri Sriwijaya.

Warisan Kerajaan Sriwijaya, Pusat Pembelajaran Buddha Yang Mendunia

Selain menjadi ajang perayaan budaya dan spiritual, Cap Go Meh di Pulau Kemaro juga membawa dampak positif bagi perekonomian lokal, khususnya bagi pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).

Panitia telah menyediakan 80 lapak khusus untuk pedagang, yang terdiri dari 40 lapak permanen dan 40 lapak non-permanen. Dengan adanya lapak ini, pengunjung dapat dengan nyaman menikmati kuliner khas dan membeli oleh-oleh tanpa harus terganggu oleh pedagang asongan yang berjualan keliling. Panitia secara tegas melarang pedagang asongan untuk berjualan di area perayaan demi menjaga ketertiban dan kenyamanan pengunjung.***

Berita Lainnya
Video Lingkaran
Berita Populer Bulan ini
Elearning Course Thinkedu
Berita Terbaru
Pilih yang terbaik