Dalam tradisi Tionghoa, Cap Go Meh juga dikenal sebagai Festival Lentera, di mana masyarakat merayakan dengan menyalakan lampion, berkumpul bersama keluarga, serta menikmati berbagai hidangan khas seperti lontong Cap Go Meh, tang yuan (bola tepung beras), nian gao (kue keranjang), dan yuanxiao (ronde). Selain itu, kata-kata positif seperti "Thiam Hok Thiam Siu", yang berarti "bertambah kaya, sejahtera, makmur, dan bahagia", sering diucapkan sebagai doa dan harapan.
Di Palembang, Sumatera Selatan, Cap Go Meh dirayakan secara khusus di Pulau Kemaro, yang dikenal sebagai salah satu pusat peribadatan dan wisata religi masyarakat Tionghoa. Tahun ini, perayaan Cap Go Meh dijadwalkan pada Rabu, 12 Februari 2025, tetapi di Pulau Kemaro acara telah digelar lebih awal, mulai 10 Februari 2025.
Hal ini disebabkan oleh pasang surut Sungai Musi. Pada tanggal 12 Februari, air Sungai Musi diperkirakan surut, sehingga kapal-kapal yang membawa umat dan wisatawan dari Palembang dan daerah lainnya akan kesulitan bersandar di Pulau Kemaro. Oleh karena itu, perayaan dimajukan agar para pengunjung dapat dengan nyaman mengikuti rangkaian acara.
Salah satu persiapan utama yang dilakukan panitia adalah menata dermaga dan membangun jembatan terapung yang menghubungkan Pulau Kemaro dengan kawasan PT Pusri. Dengan adanya jembatan ini, pengunjung dapat menyeberang dengan lebih mudah, selain menggunakan transportasi air yang juga disediakan. Untuk memudahkan masyarakat yang ingin menghadiri perayaan Cap Go Meh di Pulau Kemaro, tersedia dua opsi transportasi utama:
Cap Go Meh di Pulau Kemaro tidak hanya menjadi acara keagamaan, tetapi juga menjadi daya tarik wisata dengan berbagai pertunjukan budaya dan atraksi khas. Beberapa kegiatan yang selalu dinanti dalam perayaan ini antara lain:
Warisan Kerajaan Sriwijaya, Pusat Pembelajaran Buddha Yang Mendunia
Selain menjadi ajang perayaan budaya dan spiritual, Cap Go Meh di Pulau Kemaro juga membawa dampak positif bagi perekonomian lokal, khususnya bagi pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
Panitia telah menyediakan 80 lapak khusus untuk pedagang, yang terdiri dari 40 lapak permanen dan 40 lapak non-permanen. Dengan adanya lapak ini, pengunjung dapat dengan nyaman menikmati kuliner khas dan membeli oleh-oleh tanpa harus terganggu oleh pedagang asongan yang berjualan keliling. Panitia secara tegas melarang pedagang asongan untuk berjualan di area perayaan demi menjaga ketertiban dan kenyamanan pengunjung.***