
Dalam dokumen pengadilan, orangtua Adam mengungkap bahwa awalnya putra mereka menggunakan ChatGPT hanya untuk membantu mengerjakan tugas sekolah. Namun, seiring waktu, percakapan beralih menjadi curahan hati tentang rasa kehilangan, tekanan batin, hingga rencana mengakhiri hidup.
Adam diketahui sedang menghadapi masa sulit setelah ditinggal wafat nenek dan anjing kesayangannya, dikeluarkan dari tim basket sekolah, serta harus pindah ke sistem belajar daring akibat masalah kesehatan.
Riwayat percakapan yang ditemukan di iPhone Adam menunjukkan adanya sesi bertajuk “Hanging Safety Concerns”. Dalam percakapan itu, ChatGPT kadang memberikan saran positif seperti menyarankan Adam menghubungi layanan darurat atau berbicara dengan orang dekat namun di saat lain diduga memberi detail teknis tentang metode gantung diri.
Bahkan, menurut gugatan, ketika Adam mengirim foto tali dengan simpul gantung di kamar, chatbot diduga merespons dengan kalimat, “Ya, itu tidak buruk sama sekali.” Kedua orangtua Adam menilai AI tersebut gagal menjalankan fungsi dasarnya untuk menjaga keamanan pengguna.
“ChatGPT membunuh anak saya,” ungkap sang ibu, Maria Raine, dalam dokumen gugatan. Sementara ayahnya, Matt Raine, menyebut desain chatbot yang terus mendorong percakapan justru memperburuk kondisi mental Adam.
Kuasa hukum keluarga menyebut kasus ini sebagai gugatan kematian pertama yang ditujukan langsung kepada sebuah perusahaan AI. OpenAI dalam pernyataan resminya menyampaikan belasungkawa mendalam.
“Kami sangat berduka atas meninggalnya Adam Raine, dan pikiran kami bersama keluarganya,” ujar juru bicara OpenAI, dikutip The New York Times.
Perusahaan yang didirikan Sam Altman itu menjelaskan ChatGPT sebenarnya telah dilengkapi fitur keamanan, termasuk memberikan nomor layanan krisis serta mendorong pengguna mencari bantuan profesional. Namun, OpenAI mengakui sistem bisa melemah dalam percakapan panjang.
“Kami belajar bahwa dalam interaksi jangka panjang, lapisan keamanan dapat berkurang. Karena itu, kami memperkuat perlindungan, mempermudah akses ke layanan darurat, serta membantu pengguna terutama remaja terhubung dengan orang yang mereka percaya,” lanjut pernyataan tersebut.
OpenAI juga merilis postingan blog berjudul “Helping People When They Need It Most”, menegaskan bahwa ChatGPT tidak dimaksudkan sebagai pengganti tenaga profesional kesehatan mental, melainkan hanya sebagai alat pendukung informasi.
Kasus Kematian Zara Qairina, Terungkap Unsur Perundungan, Penelantaran, dan Pelecehan SeksualKasus Adam Raine bukan satu-satunya. Sebelumnya, sebuah keluarga di Florida menggugat perusahaan Character.AI setelah anak mereka yang berusia 14 tahun bunuh diri. Chatbot perusahaan itu disebut memberi respons kasar dan manipulatif kepada sang remaja.
Para pakar kesehatan mental memperingatkan, kasus Adam menunjukkan risiko besar jika remaja menjadikan AI sebagai tempat curhat utama tanpa pendampingan orangtua atau konselor profesional.
Gugatan terhadap OpenAI kini diperkirakan akan menjadi ujian hukum penting terkait sejauh mana perusahaan AI bisa dimintai pertanggungjawaban atas dampak psikologis yang dialami pengguna.***